Senin, 04 Maret 2013

proposal penelitian bk


A.    JUDUL
HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN BELAJAR DAN METODE BERMAIN DENGAN MOTORIK HALUS ANAK DI PAUD KELADI DUSUN MANGGONG KEPUHARJO CANGKRINGAN SLEMAN TAHUN 2012 / 2013

B.     LATAR BELAKANG MASALAH
Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan pasti dihadapi oleh setiap orang. Sejalan dengan pendapat ini, maka seseorang yang telah belajar akan ditandai dengan banyaknya fakta-fakta yang dapat dihafalkan. Untuk banyak memperoleh kemajuan, seseorang harus dilatih dalam berbagai aspek, terutama menyangkut pada cara-cara atau metode yang digunakan dalam belajar yang dapat merepresentasikan diri sehingga dapat berpengaruh pada prestasi belajarnya
Dalam perkembangannya banyak sekali metode yang dikembangkan para guru dan orang tua untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak, salah satunya adalah dengan metode bermain metode permainan memiliki banyak ragam variasi. Banyaknya variasi teknik dalam metode permainan yang memungkinkan guru lebih leluasa memilih teknik pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik kompetensi dan indikator yang ingin dicapai.
      Selanjutanya Permainan merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan, anak-anak cenderung memiliki keinginan bermain yang tinggi disamping keharusan untuk tetap berprestasi.
      Bermain pada awalnya kurang mendapatkan perhatian dari para psikolog, ini berkaitan pada lemahnya pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak dan kurangnya perhatian mereka terhadap perkembangan anak, padahal menurut  Dr. Asma Hasan Fahmi yang dikutip oleh Andang Ismail (2012,15) permainan merupakan satu hal yang penting bagi perkembangan intelegensi dan fisik motorik (jasmaniah) anak.
Berdasarkan hal tersebut penulis berminat untuk mengkaji dan mengangkat tentang Hubungan Bimbingan Belajar dan metode bermain  dengan Motorik Halus Anak Paud Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman Tahun 2012/2013”.

C.    IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasar latar belakang diatas, maka dapat diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut :
1.      Masih rendahnya pengetahuan mengenai metode-metode baru dalam belajar, sehingga perlu adanya perubahan dalam penggunaan metode belajar untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak.
2.      Masih terdapatnya cara belajar yang monoton sehingga pemahaman belajar anak kurang berkembang.
3.      Masih kurangnya kreatifitas dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak usia dini.
4.      Bagaimana hubungan antara aktifitas belajar dan layanan bimbingan belajar anak.

D.    BATASAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah diatas mengingat kemampuan peneliti maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, hanya akan dibatasi pada bagaimana hubungan  metode bermain terhadap perkembangan motorik halus anak, bagaimana peran bimbingan belajar membantu meningkatkan perkembangan motorik halus anak.

E.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Adakah hubungan antara bimbingan belajar dengan motorik halus anak paud keladi dusun manggong kepuharjo cangkringan sleman tahun 2012/2013.
2.      Adakah hubungan antara metode bermain dengan motorik halus anak paud keladi dusun manggong kepuharjo cangkringan sleman tahun 2012/2013.
3.      Adakah hubungan antara bimbingan belajar dan metode barmain dengan motorik halus anak paud keladi dusun Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman tahun 2012/2013.




F.     TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian diatas tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui bimbingan belajar yang digunakan di PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman
2.      Mengetahui metode bermain yang digunakan di PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman
3.      Mengetahui tigngkat perkembangan motorik halus anak PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman
G.    MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1.   Manfaat teoritis
a.       Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan tentang Bimbingan dan Konseling  serta aplikasinya.
b.      Bagi peneliti yang lain dapat menambah referensi dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang.
2.   Manfaat praktis
a.       Memberikan masukan kepada guru ataupun pengajar yang lain tentang manfaat metode bermain dalam belajar.
b.      Memberikan informasi kepada guru dan pengajar lain tentang penggunaan metode belajar yang sesuai kebutuhan anak.
c.       Bagi anak agar dapat meningkatkan kemampuan motorik halusnya.
H.    KAJIAN PUSTAKA
1.      Landasan Teori
a.      Pengertian Bimbingan
Rumusan tentang bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya sejak awal abad ke-20, sejak dimulainya bimbingan yang diprakarsai frank person pada tahun 1908, sejak itu, rumusan demi rumusan tentang bimbingan bermunculan sesuai dengan perkembangan pelayanan bimbingan itu sendiri sebagai suatu pekerjaan khas yang ditekuni oleh para peminat dan ahlinya. Berbagai rumusan tersebut dikemukakan sebagai berikut:
Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu, Frank Person yang dikutip oleh prayitno dan Erman Amti (2009, 93)
Bimbingan membantu individu untuk memahami dan menggunakan secara luas kesempatan-kesempatan pendidikan, jabatan dan pribadi yang mereka miliki atau dapat mereka kembangkan, dan sebagai satu bentuk bantuan yang sistematik melalui mana siswa dibantu untuk dapat memperoleh penyesuaian yang baik terhadap sekolah dan terhadap kehidupan, dunsmoor & miller yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 94).
Bimbingan membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri, Chiskolm  yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 94)
Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam menentukan dan mengarahkan hidupnya sendiri, yang pada akhirnya ia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat, Lefever yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 94)
Bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan intepretasi-intepretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik, Smith yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 94)
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri, Crow yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Kamti (2009, 94)
Bimbingan membantu seseorang agar menjadi berguna , tidak sekedar mengikuti kegiatan yang berguna, Tiedeman yang dikutip oleh  Prayitno dan Erman Amti (2009,94 )
Bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan yang membantu menyediakan yang membantu menyediakan kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan staf ahli denagn cara mana setiap individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kesanggupannya sepenuh-penuhnya sesuai dengan ide-ide demokrasi Mortensen & Schmuller  yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 94)
Bimbingan merupakan segala kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu. Bernard & Fullmer yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 94 )
Bimbingan sebagai pendidikan dan perkembangan yang menekankan proses belajar yang sistematik, Mathewson yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 95)
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang lain . kemampuan membuat pilihan seperti itu tidak diturunkan (diwarisi), tetapi harus dikembangkan,  jones, staffire & stewart yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 95)
b.      Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku di dalam diri manusia. Bila telah selesai suatu usaha belajar tetapi tidak terjadi perubahan pada diri individu yang belajar, maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri individu tersebut telah terjadi proses belajar. Dan selain itu juga belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat.
Untuk memperoleh pengertian yang obyektif tentang belajar terutama belajar disekolah. Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi termasuk ahli psikologi pendidikan.
Seperti pengertian belajar secara psikologis yang dikutip oleh Slameto (2010, 2) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kehidupan
Banyak para ahli yang mengemukakan pendapat mengenai belajar. Di antaranya adalah W.S. Winkel (2009 : 36) dalam bukunya yang berjudul: ‘Psikologi Pengajaran.’  Menurutnya, pengertian belajar adalah: “Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.”
Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Menurut S. Nasution  (2009 : 68) belajar adalah: “Sebagai perubahan kelakuan, pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar.”
Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar sebagai berikut :
1.      Cronbach memberikan definisi : “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. “Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil daripengalaman”. Cronbach, Harold Spears dan Geoch yang dikutip oleh Sardiman A.M (2005:20)
2.      Harold Spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan. Cronbach, Harold Spears dan Geoch yang dikutip oleh Sardiman A.M (2005:20)
3.      Geoch, mengatakan : “Learning is a change in performance as a result of practice”. “Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek”. Cronbach, Harold Spears dan Geoch yang dikutip oleh Sardiman A.M (2005:20)
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang individu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.

c.       Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
1.   Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotic dan abiotik tidak dapat dihindarai. Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh anak didik sebagai mahluk hidup yang tergolong kelompok biotik.
2.   Faktor instrumental
Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai, tujuan tersebut tentu saja menyangkut pada tingkat kelembagaan. Dalam rangka melicinkan kea rah itu diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya dan semuanya dapat diberdayagunakan menurut fungsi masing-masing kelengkapan sekolah. Kurikulum dapat dipakai oleh guru dalam merencanakan program pengajaran. Program sekolah dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna dan berhasil, guna bagi kemajuan belajar anak didik disekolah.
3.   Kondisi fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadapkemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi; mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran.
4.   Kondisi psikologis
Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Maka dari itu, belajar berarti bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor psikologis merupakan faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor luar mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung, maka faktor luar itu akan kurang signifikan. Oleh karena itu, minat, kecenderungan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik.
d.      Pengertian metode
Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Berikut ini adalah pengertian dan definisi Metode menurut para ahli:
Drs. Agus M. Hardjana (2001,15), Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai,
Rothwell & Kazanas yang dikutip oleh (Agus M. Hardjana 2001,15) Metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi.
Titus yang dikutip oleh (Agus M. Hardjana, 2001, 16) Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan.
Macquarie yang dikutip oleh (Agus M. Hardjana, 2001,16) Metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu. Wiradi yang dikutip oleh (Agus M. Hardjana, 2001, 17)  Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis)
e.       Pengertian Bermain
Istilah bermain merupakan konsep yang tidak mudah untuk dijabarkan, bahkan didalam oxford english dictionary , tercantum 116 definisi tentang bermain. Salah satu contoh, ada ahli yang mengatakan bermain sebagai kegiatan yang dilakukan berulang ulang demi kesenangan, piaget (yang dikutip oleh Andang Ismail, 2012, 24). Tetapi ahli lain membantah pendapat tersebut karena ada kalanya bermain bukan dilakukan semata-mata demi kesenangan melainkan ada sasaran lain yang ingin dicapai, yaitu prestasi tertentu.
Banyak keterangan yang simpang siur dan salaing bertentangan. Karena itu untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai bermain, perlu memandang bermain sebagai ‘tali’ yang merupakan untaian serat serta benang-benang yang terjalin menjadi satu (mayke, 2001:24).
Menurut Hughes yang dikutip oleh Andang Ismail (2012, 24) seorang ahli perkembangan anak dalam bukunya children, play, and development, mengatakan bahwa bermain merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Suatu kegiatan yang disebut bermain harus ada lima unsur didalamnya, yaitu:
1.      Mempunyai tujuan, yaitu permainan itu sendiri untuk mendapat kepuasan;
2.      Memilih dengan bebas dan atas kehendak sendiri, serta tidak ada yang menyuruh atau memaksa;
3.      Menyenangkan dan dapat dinikmati;
4.      Mengkhayal untuk mengembangkan daya imajinatif dan kreativitas;
5.      Melakukan secara aktif dan sadar
Selain itu bermain juga dapat bermakna sebagai kegiatan anak yang menyenangkan dan dinikmati (pleasurable and enjoyable). Sussana Millar yang dikutip oleh Andang Ismail (2012, 26) berpandangan sama : kegiatan bermain perlu dilihat sebagai salah satu perilaku yang menyeluruh pada manusia dan dibutuhkan penelitian yang sistematik.
Menurut Andang Ismail (2012:26) bermain memiliki dua pengertian yang harus dibedakan. Bahwa bermain menurut pengertian pertama dapat bermakna pada sebuah aktivitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang kalah (play). Sedangkan pengertian yang kedua sebagai aktivitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai dengan adanya pencarian menang kalah (games). Dengan demikian, pda dasarnya setiap aktifitas bermain selalu didasarkan pada perlehan kesenangan dan kepuasan, sebab fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan menyegarkan kembali (refresing) kondisi fisik dan mental yang berada pada ambang ketegangan.
Secara lebih umum dalam term psikologi, Joan Freeman dan Utami Munandar yang dikutip oleh Andang Ismail (2012, 27) mendefinisikan bermain sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.
f.       Manfaat bermain
Joan Freeman dan Utami Munandar yang dikutip oleh Andang Ismail (2012, 27)  menyebutkan beberapa pandangan mengenai manfaat bermain yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Sebagai penyalur energi berlebih yang dimiliki anak. Anak mempunyai energi berlebih karena terbebas dari segala macam tekanan, baik tekanan ekonomis maupun sosial, sehingga ia mengungkapkan energinya dalam bermain .
2.      Sebagai sarana untuk menyiapkan hidupnya kelak dewasa. Melalui bermain, seorang anak menyiapkan diri untuk hidupnya kelak ketika dewasa. Misalnya, dengan bermain peran secara tidak sadar ia menyiapkan diri untuk peran atau pekerjaannya dimasa depan.
3.      Sebagai pelanjut citra kemanusiaan. Melalui bermain anak melewati tahap-tahap perkembangan yang sama dari pekerjaan sejarah umat manusia (teori Rekapitulasi). Kegiatan-kegiatan seperti lari, melempar, memanjat, dan melompat, merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari dari generasi ke generasi.
4.      Untuk membangun energi yang hilang. Bermain merupakan medium untuk menyegarkan badan kembali (tevitalisasi) setelah bekerja selama berjam-jam (lazarus)
5.      Untuk memperoleh kompensasi dan atas hal-hal yang tidak diperbolehnya. Melalui kegiatan bermain , anak memuaskan keinginan –keinginannya yang terpendam atau tertekan. Dengan bermain, anak seperti mencari kompensasi untuk apa yang tidak ia peroleh dalam kehidupan nyata, untuk keinginan-keinginan yang tidak mendapat pemuasan
6.      Bermain juga memungkinkan anak melepaskan perasaan-perasaan dan emosinya yang dalam realitas tidak dapat diungkapkannya
7.      Memberi stimulus pada pembentukan kepribadian. Kepribadian terus berkembang dan untuk pertumbuhan yang normal, perlu adanya rangsangan (stimulus), dan bermain memberikan stimulus ini untuk pertumbuhan (Appleton).

g.      Pengertian motorik
Pengertian  motorik dan gerak seringkali menjadi satu. Motorik dapat diartikan sebagai suatu rangkaian  peristiwa laten yang tidak dapat diamati dari luar. Pengertian umum ini belum dapat memberikan kejelasan yang lebih tajam , untuk itu diperlukan suatu definisi yang lebih operasional. Menurut Witarsono yang dikutip oleh Heri Rahyubi (2012, 207), motorik adalah suatu peristiwa laten yang meliputi keseluruhan proses pengendalian dan pengaturan fungsi. Fungsi organ tubuh  baik secara fisiologis maupun secara psikis yang menyebabkan terjadinya suatu gerak peristiwa. Peristiwa laten yang tidak dapat diamati tersebut meliputi antara lain: Penerimaan informasi atau stimulus , pemberian makna terhadap informasi, pengolahan informasi, proses pengambilan keputusan dan dorongan untuk melakukan berbagai bentuk aksi motorik. Setelah itu dilanjutkan  dengan peristiwa fisiologi yang meliputi pemberian pengaturan dan pengendalian imflus kepada organ tubuh yang terlibat dalam melaksanakan aksi motorik. Sebagai hasil dari peristiwa laten tersebut adalah gerak yang dapat diamati dalam dimensi ruang dan waktu.
Studi tentang motorik (gerak) manusia tidak terlepas dengan ilmu gerak, kinesiologi, performance manusia, pendidikan jasmani, dan body movement. Perilaku gerak (motor behavior) merupakan sub disiplin yang menekankan pada investigasi mengenai prinsip-prinsip perilaku manusia
Perilaku gerak dibagi kedalam tiga bagian yaitu: teori gerak, belajar gerak, dan perkembangan gerak
1.      Teori Gerak
Teori gerak (motor control) adalah studi mengenai faktor-faaktor fungsi syaraf yang mempengaruhi gerak manusia. Sistem syaraf merupakan bagian penting dalam memproduksi gerak manusia, sebab sel-sel saraf merangsang otot untuk memproduksi gerak manusia.
2.      Belajar Gerak
Belajar gerak (motor learning) merupakan studi tentang ketrampilan untuk memperoleh dan menyempurnakan gerakan. Belajar gerak sangat dipengaruhi oleh berbagai bentuk latihan, pengalaman, dan situasi belajar manusia. Untuk melakukannya diperlukan adanya kontrol perhatian (atention), dan pemusatan perhatian atau konsentrasi.
3.      perkembangan gerak
perkembangan gerak (motor development) merupakan sebuah perubahan dalam perilaku gerak yang  mampu merefleksikan adanya interaksi antara kematangan organisme seseorang dengan lingkungannya. Perkembangan gerak akan mengubah kompetensi gerak manusia yang diawali sejak masa bayi hingga dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku seseorang.

h.      faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik
Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada perkembangan motorik individu. Faktor-faktor ini antara lain: perkembangan sistem saraf, kondisi fisik, motifasi yang kuat, lingkungan yang kondusif, aspek psikologis, usia, jenis kelamin, serta bakat dan potensi.
1.      Perkembangan sistem saraf
Sistem saraf sangat berpengaruh dalam perkembangan motorik karena sistem saraflah yang mengontrol aktivitas motorik pada tubuh manusia
2.      Kondisi fisik
Karena perkembangan motorik sangat erat kaitannya dengan fisik tentu saja sangat berpengaruh pada perkembangan motorik seseorang. Seorang yang normal biasanya perkembangan motoriknya akan lebih baik dibandingkan orang lain yang memiliki kekurangan fisik.
3.      Motivasi yang kuat
Seseorang yang punya motivasi kuat untuk menguasai ketrampilan motorik tertentu biasanya telah punya modal besar untuk meraih prestasi. Kemudian, ketika seseorang mampu melakukan suatu aktivitas motorik dengan baik, maka kemungkinan besar dia akan termotivasi untuk menguasai ketrampilan motorik yang lebih luas dan lebih tinggi lagi.

4.      Lingkungan yang kondusif
Perkembangan motorik seorang individu kemungkinan besar bisa berjalan optimal jika lingkungan tempatnya beraktivitas mendukung dan kondusif. Lingkungan disini bisa berarti fasilitas, peralatan, sarana, dan prasarana. Bisa juga berarti lingkungan tempat beraktivitas yang baik dan kondusif.
5.      Aspek psikologis
Aspek psikologis, psikis, dan kejiwaan sudah barang tentu sangat berpengaruh pada kemampuan motorik. Hanya seseorang yang kondisi psikologisnya baiklah yang mampu meraih ketrampilan motorik yang baik pula.
6.      Usia
Usia sangat berpengaruh pada aktivitas motorik seseorang. Seorang bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan tua tentu saja punya karakteristik keterampilan motorik yang berbeda pula.
7.      Jenis Kelamin
Dalam ketrampilan motorik tertentu misalnya olahraga, faktor jenis kelamin cukup berpengaruh. Dalam beberapa cabang olahraga seperti renang,  bulu tangkis, volley, tenis, sepak bola, tinju, karate dan masih banyak lagi seorang laki-laki tentu lebih kuat, lebih cepat, lebih terampil, dan lebih gesit dibanding perempuan.

8.      Bakat dan Potensi
Bakat dan potensi juaga berpengaruh pada usaha meraih keterampilan motorik. Misalnya, sesorang mudah diarahkan untuk menjadi pesepakbola handal jika dia punya bakat dan potensi sebagai pemain bola begitu juga pada bidang ketrampilan motorik lainnya.
i.        Aktivitas motorik kasar dan halus
Aktivitas motorik merupakan pengendalian gerakan tubuh melalui aktivitas yang terkoodinir antara susunan saraf, otot, otak, dan urat saraf tulang belakang (spinal cord). Berdasarkan jenisnya aktivitas motorik bisa dibedakan menjadi dua yaitu motorik kasar (gross motor activity) dan aktivitas motorik halus (fine motor activity).
Aktivitas motorik kasar adalah ketrampilan gerak atau gerakan tubuh yang memakai otot-otot besar sebagai dasar utama gerakannya. Ketrampilan motorik kasar meliputi pola lokomotor (gerakan yang menyebabkan perpindahan tempat) seperti berjalan, berlari, menendang, naik turun tangga, melompat, meloncat, dan sebagainya. Juga ketrampilan menguasai bola seperti melempar, menendang dan memantulkan bola.
Kemudian aktivitas motorik halus (fine motor activity) didefinisikan sebagai ketrampilan yag memerlukan kemampuan untuk mengoordinasikan atau mengatur otot-otot kecil/halus. Misalnya, berkaitan dengan gerakan mata dan tangan efisien, tepat, dan adaptif. Perkembangan kontrol motorik halus atau ketrampilan koordinasi mata dan tangan mewakili bagian yang penting dalam perkembangan motorik. Contoh aktivitas motorik halus misalnya kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis, dan sebagainya.
     
2.      Kerangka Berfikir
Penelitian ini didasarkan pada kerangka berpikir sebagai berikut : Motorik halus tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal yang meliputi, faktor fisiologis dan psikologis, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor eksternal yang antara lain adalah penggunaan metode belajar yang efektif guna merangsang perkembangan kemampuan motorik halus anak, seperti dengan penggunaan metode bermain
Permainan sendiri memiliki bermacam ragam ada yang hanya permainan biasa yang digunakan hanya untuk menciptakan kesenangan maupun permainan edukatif yang secara baik telah dirancang sebagai media pembelajaran, dari jenisnya permainan memiliki dua macam jenis yaitu permainan tradisional dan permainan modern, namun tidak semua permainan disukai anak ada yang senang ada juga yang tidak tergantung pada selera anak dalam menanggapi suatu permainan,
Selanjutnya permainan kini digunakan sebagai media pembelajaran yang sangat baik banyak pembelajaran menggunakan media bermain karena bermain memiliki banyak manfaat diantaranya merangsang perkembangan motorik pada anak.
Motorik sendiri memiliki dua macam yaitu motorik halus dan motorik kasar, motorik halus dapat dirangsang diantaranya dengan melipat, menggambar, menyusun puzzle, motorik kasar dapat dirangsang diantaranya dengan latihan melompat, merangkak, menangkap bola, melempar bola.

3.      Perumusan Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan yaitu:
1.      Ada hubungan positif antara layanan bimbingan belajar dengan motorik halus anak di PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman tahun 2012/2013.
2.      Ada hubugan  positif  antara metode bermain dengan motorik halus anak di PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman tahun 2012-2013.
3.      Ada hubungan positif  antara layanan bimbingan belajar dan metode bermain secara bersama-sama dengan motorik halus anak di PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman tahun 2012-2013.
I.       METODE PENELITIAN
1.      Waktu dan Tempat Penelitian
Tabel 1: jadwal pelaksanaan penelitian
NO
KEGIATAN
BULAN KE
Januari
Februari
Maret
April
mei
Juni
Juli
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
Pengajuan judul
Pembuatan proposal
Obversai lokasi dan ijin penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data
Penulisan Laporan
Ujian Penelitian
Ö


Ö

Ö





Ö






Ö







Ö







Ö







         
Tempat penelitian di PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman.

2.      Variabel Penelitian
Dikutip dari Suharsimi Arikunto (2010:159), Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi, gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Suharsimi Arikunto (2010:160), mengemukakan variabel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: Kuantitatif dan Kualitatif. Lebih jauh lagi  variabel kuantitatif dibedakan menjadi dua: (1). Variabel diskrit, disebut juga variabel nominal atau variabel kategorik, (2). Variabel kontinum, dipisahkan menjadi tiga variabel kecil yaitu  variabel ordinal, variabel interval, dan variabel ratio. Selain itu variabel penelitian dapat digolongkan  juga kedalam variabel bebas dan variabel terikat.
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah Bimbingan Belajar (Variabel X1) dan metode bermain (Variabel X2), sedangkan variable terikatnya adalah motorik halus ( Variabel Y).
a.    Variabel Bimbingan Belajar
Bimbingan Belajar adalah suatu arahan dimana suatu proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
b.   Variabel metode bermain
Bagaimana baik atau buruknya tingkat perkembangan anak tergatung pada metode yang digunakan
c.    Variabel motorik halus
Motorik halus adalah perkembangan otot-otot halus pada anak yang mempengaruhi ketrampilan anak.
3.      Metode Penentuan Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:173), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Subjek penelitian adalah individu-idividu yang diteliti, yang menjadi responden. Berdasarkan batasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang diteliti dalam suatu penelitian, yang menjadi responden, dan kepada merekalah penelitian akan digeneralisasikan.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah anak paud keladi dusun manggong kepuharjo cangkringan sleman tahun 2012/2013, yang berjumlah 20 sampel.
4.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan Angket. Angket ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode bermain  dengan motorik halus anak. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan skala sikap :
a.       Selalu dengan nilai 4
b.      Sering dengan nilai 3
c.       Kadang-kadang dengan nilai 2.
d.      Tidak pernah dengan nilai 1
Jumlah butir soal pertanyaan untuk soal semua variabel berjumlah 20 pernyataan.
5.      Uji Validitas Variabel
1)      Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrument pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya.
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.
Adapun teknis korelasi yang digunakan untuk mencari validitas dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Product Moment Karl Pearson dengan angka kasar rumus korelasi Product Moment Karl Pearson dengan angka kasar dalam Suharsimi Arikunto (2010,221) adalah:
Keterangan:
            : Kooefesien korelasi antara variabel x dan y
               : Jumlah responden
          : Jumlah perkalian antara skor item dengan skor total
          : Jumlah X kuadrat
          : Jumlah Y kuadrat
            : Jumlah X (jumlah skor item)
            : Jumlah Y (jumlah skor total)
Uji signifikan dinyatakan valid jika rxy empirik lebih besar atau sama dengan rxyteoritik (yang terdapat dalam tabel) pada taraf signifikansi 5 %.
2)      Uji Reliabilitas
Reliabilitas diterjemaahkan dari kata reliability. Pengukuran yang dimiliki reliabilitas tinggi maksudnya adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel. Dan untuk mengetahui reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus alpha dari cronbach dengan alasan jawaban dari setiap butir lebih dari satu pilihan. Sebagaimana yang dinyatakan Suharsimi Arikunto (2010,222) bahwa rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian, dengan rumus sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 2010,222)
Keterangan:
            : reliabilitas instrument
                : banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
           : jumlah varians butir
              : varians total
3)   Uji Normalitas
Untuk mengidentifikasi masing-masing variabel maka dihitung ukuran tendensi sentral yang terdiri dari mean, modus, dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan rumus-rumus sebagai berikut:
1)   Menentukan rentangan ;
R= Data tertinggi – Data terendah

2)   Menentukan banyaknya kelas ;
K  = 1 + 33 ( log 35 )
3)   Menentukan panjang kelas :
     
3)      Mencari nilai Mean ( )
4)      Mencari Standar Deviasi :
6)   Uji normalitas dengan metode lilieffors
            Menentukan nilai Zi menggunakan rumus :
6.      Tekhnik Analisis Data
a.      Analisis Regresi
Analisis ini digunakan untuk mengukur koofisien korelasi antara variable-variabel bebas bersama-sama dengan variable terikatnya. Sedangkan rumus yang digunakan adalah analisis regresi ganda. Melalui teknik ini akan diperoleh harga koofisien determinasi (R2) hubungan antara tiga variabel bebas secara sumbangan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
1)   Mencari Persamaan Garis Regresi
(Sutrisno Hadi, 2001)
Keterangan:
Y : varieabel terikat
X : variebel bebas
a : bilangan koofesien
K : bilangan konstanta
2)   Mencari Koofesien Korelasi
Keterangan:
  : koofesien korelasi antara Y dengan X
          : koofesiean predictor X
          : koofesien predictor X
          : koofesien predictor X
     : jumlah produk antara X dengan Y
     : jumlah produk antara X dengan Y
     : jumlah produk antara X dengan  Y
       : jumlah kriterium Y
3)   Menguji sigfikansi korelasinya
Keterangan :
 : harga F garis regresi
    : cacah kasus
    : cacah predictor
               : koofersien korelasi antara kriterium dengan predictor
4)   Mencari Sumbangan Relatif (SR)
(Sutrisno Hadi, 2001)
Keterangan:
   : sumbangan relative prediktor
     : jumlah kuadrat regresi
     : jumlah kuadrat residu
5)   Mencari Sumbangan Efektif (SE)
SE%X =SR%XxR2
(Sutrisno Hadi, 2001)
Keterangan:
SE%X  : sumbangan efektif prediktor
SR%X  : sumbangan relative prediktor
R2      : koefisien determinan 


Sistematika Isi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN
      A. Latar Belakang Masalah
      B. Identifikasi Masalah
      C. Pembatasan Masalah
      D. Perumusan Masalah
      E. Tujuan Penelitian
      F. Manfaat Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
      A. Kajian Teori
1. Bimbingan Belajar
2. Metode Bermain
3. Motorik Halus
      B. Kerangka Berfikir
Hubungan Bimbingan Belajar dan Metode Bermain dengan Motorik Halus Anak Paud Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman Tahun 2012/2013.
      C. Rumusan Hipotesis
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
      A. Waktu dan Tempat Penelitian
            B. Variabel Penelitian
            C. Metode Penentuan Subyek
            D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
            E. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
            A. Diskripsi Data
            B. Pengujian Hipotesis
            C. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
            A. Kesimpulan
            B. Implikasi
            C. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar