A.
JUDUL
HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN BELAJAR
DAN METODE BERMAIN DENGAN MOTORIK HALUS ANAK DI PAUD KELADI DUSUN MANGGONG
KEPUHARJO CANGKRINGAN SLEMAN TAHUN 2012 / 2013
B.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Masalah belajar
adalah masalah yang selalu aktual dan pasti dihadapi oleh setiap orang. Sejalan
dengan pendapat ini, maka seseorang yang telah belajar akan ditandai dengan
banyaknya fakta-fakta yang dapat dihafalkan. Untuk banyak memperoleh kemajuan,
seseorang harus dilatih dalam berbagai aspek, terutama menyangkut pada cara-cara
atau metode yang digunakan dalam belajar yang dapat merepresentasikan diri
sehingga dapat berpengaruh pada prestasi belajarnya
Dalam
perkembangannya banyak sekali metode yang dikembangkan para guru dan orang tua
untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak, salah satunya adalah dengan
metode bermain metode permainan memiliki banyak ragam variasi. Banyaknya
variasi teknik dalam metode permainan yang memungkinkan guru lebih leluasa
memilih teknik pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik kompetensi
dan indikator yang ingin dicapai.
Selanjutanya
Permainan merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu keterampilan
tertentu dengan cara menggembirakan, anak-anak cenderung memiliki keinginan
bermain yang tinggi disamping keharusan untuk tetap berprestasi.
Bermain
pada awalnya kurang mendapatkan perhatian dari para psikolog, ini berkaitan
pada lemahnya pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak dan kurangnya
perhatian mereka terhadap perkembangan anak, padahal menurut Dr. Asma Hasan Fahmi yang dikutip oleh Andang
Ismail (2012,15) permainan merupakan satu hal yang penting bagi perkembangan
intelegensi dan fisik motorik (jasmaniah) anak.
Berdasarkan hal tersebut penulis berminat untuk
mengkaji dan mengangkat tentang Hubungan Bimbingan Belajar dan metode
bermain dengan Motorik Halus Anak Paud
Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman Tahun 2012/2013”.
C.
IDENTIFIKASI
MASALAH
Berdasar latar
belakang diatas, maka dapat diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut :
1.
Masih rendahnya pengetahuan mengenai
metode-metode baru dalam belajar, sehingga perlu adanya perubahan dalam
penggunaan metode belajar untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak.
2.
Masih terdapatnya cara belajar yang
monoton sehingga pemahaman belajar anak kurang berkembang.
3.
Masih kurangnya kreatifitas dalam
mengembangkan kemampuan motorik halus anak usia dini.
4.
Bagaimana hubungan antara aktifitas
belajar dan layanan bimbingan belajar anak.
D.
BATASAN
MASALAH
Berdasarkan
identifikasi masalah diatas mengingat kemampuan peneliti maka masalah yang akan
diteliti dalam penelitian ini, hanya akan dibatasi pada bagaimana hubungan metode bermain terhadap perkembangan motorik
halus anak, bagaimana peran bimbingan belajar membantu meningkatkan
perkembangan motorik halus anak.
E.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
uraian diatas, rumusan masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Adakah hubungan antara bimbingan belajar
dengan motorik halus anak paud keladi dusun manggong kepuharjo cangkringan
sleman tahun 2012/2013.
2.
Adakah hubungan antara metode bermain
dengan motorik halus anak paud keladi dusun manggong kepuharjo cangkringan
sleman tahun 2012/2013.
3.
Adakah hubungan antara bimbingan belajar
dan metode barmain dengan motorik halus anak paud keladi dusun Manggong
Kepuharjo Cangkringan Sleman tahun 2012/2013.
F.
TUJUAN
PENELITIAN
Berdasarkan
uraian diatas tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Mengetahui bimbingan belajar yang
digunakan di PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman
2.
Mengetahui metode bermain yang digunakan
di PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman
3.
Mengetahui tigngkat perkembangan motorik
halus anak PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman
G.
MANFAAT
PENELITIAN
Penelitian ini
diharapkan mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1.
Manfaat teoritis
a. Sebagai
bahan pengembangan ilmu pengetahuan tentang Bimbingan dan Konseling serta aplikasinya.
b. Bagi
peneliti yang lain dapat menambah referensi dalam melakukan penelitian di masa
yang akan datang.
2.
Manfaat praktis
a. Memberikan
masukan kepada guru ataupun pengajar yang lain tentang manfaat metode bermain
dalam belajar.
b. Memberikan
informasi kepada guru dan pengajar lain tentang penggunaan metode belajar yang sesuai
kebutuhan anak.
c. Bagi
anak agar dapat meningkatkan kemampuan motorik halusnya.
H.
KAJIAN
PUSTAKA
1. Landasan Teori
a.
Pengertian
Bimbingan
Rumusan tentang
bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya sejak awal abad ke-20, sejak
dimulainya bimbingan yang diprakarsai frank person pada tahun 1908, sejak itu,
rumusan demi rumusan tentang bimbingan bermunculan sesuai dengan perkembangan
pelayanan bimbingan itu sendiri sebagai suatu pekerjaan khas yang ditekuni oleh
para peminat dan ahlinya. Berbagai rumusan tersebut dikemukakan sebagai
berikut:
Bimbingan
sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih,
mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam
jabatan yang dipilihnya itu, Frank Person
yang
dikutip oleh prayitno dan Erman Amti (2009, 93)
Bimbingan membantu individu untuk memahami dan
menggunakan secara luas kesempatan-kesempatan pendidikan, jabatan dan pribadi
yang mereka miliki atau dapat mereka kembangkan, dan sebagai satu bentuk
bantuan yang sistematik melalui mana siswa dibantu untuk dapat memperoleh
penyesuaian yang baik terhadap sekolah dan terhadap kehidupan, dunsmoor &
miller yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 94).
Bimbingan membantu setiap individu untuk lebih
mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri, Chiskolm yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009,
94)
Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang
teratur dan sistematik guna membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya
dalam menentukan dan mengarahkan hidupnya sendiri, yang pada akhirnya ia dapat memperoleh
pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi
masyarakat, Lefever yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 94)
Bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan
kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan,
rencana-rencana, dan intepretasi-intepretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan
diri yang baik, Smith yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 94)
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh
seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai
terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya
mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri,
membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri, Crow yang dikutip
oleh Prayitno dan Erman Kamti (2009, 94)
Bimbingan membantu seseorang agar menjadi berguna ,
tidak sekedar mengikuti kegiatan yang berguna, Tiedeman yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009,94 )
Bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari
keseluruhan pendidikan yang membantu menyediakan yang membantu menyediakan
kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan staf ahli denagn cara mana setiap
individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kesanggupannya sepenuh-penuhnya
sesuai dengan ide-ide demokrasi Mortensen & Schmuller yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009,
94)
Bimbingan merupakan segala kegiatan yang bertujuan
meningkatkan realisasi pribadi setiap individu. Bernard & Fullmer yang
dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 94 )
Bimbingan sebagai pendidikan dan perkembangan yang
menekankan proses belajar yang sistematik, Mathewson yang dikutip oleh Prayitno
dan Erman Amti (2009, 95)
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada
individu dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang
bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas
dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak
mencampuri hak orang lain . kemampuan membuat pilihan seperti itu tidak
diturunkan (diwarisi), tetapi harus dikembangkan, jones, staffire & stewart yang dikutip
oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 95)
b.
Pengertian
Belajar
Belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku di dalam diri manusia. Bila telah selesai
suatu usaha belajar tetapi tidak terjadi perubahan pada diri individu yang
belajar, maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri individu tersebut telah
terjadi proses belajar. Dan selain itu juga belajar merupakan suatu kata yang
sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat.
Untuk memperoleh
pengertian yang obyektif tentang belajar terutama belajar disekolah. Pengertian
belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi termasuk ahli
psikologi pendidikan.
Seperti
pengertian belajar secara psikologis yang dikutip oleh Slameto (2010, 2)
belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai
hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kehidupan
Banyak para ahli
yang mengemukakan pendapat mengenai belajar. Di antaranya adalah W.S. Winkel
(2009 : 36) dalam bukunya yang berjudul: ‘Psikologi Pengajaran.’ Menurutnya, pengertian belajar adalah: “Suatu
aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif
konstan dan berbekas.”
Drs. Slameto
juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Menurut S.
Nasution (2009 : 68) belajar adalah:
“Sebagai perubahan kelakuan, pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa suatu
perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai
sejumlah pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan,
kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi
segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar.”
Selaras dengan
pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan
tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya
kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses
belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan
kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses
belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Untuk memahami
tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa
definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi
tentang belajar sebagai berikut :
1. Cronbach
memberikan definisi : “Learning is shown by a change in behavior as a result of
experience”. “Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai
hasil daripengalaman”. Cronbach, Harold Spears dan Geoch yang dikutip oleh
Sardiman A.M (2005:20)
2. Harold
Spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to initiate, to
try something themselves, to listen, to follow direction”. Belajar adalah
mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti
petunjuk/arahan. Cronbach, Harold Spears dan Geoch yang dikutip oleh Sardiman
A.M (2005:20)
3. Geoch,
mengatakan : “Learning is a change in performance as a result of practice”.
“Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek”. Cronbach,
Harold Spears dan Geoch yang dikutip oleh Sardiman A.M (2005:20)
Dari ketiga
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga
belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau
melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan
individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim
kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang
dilakukan oleh seorang individu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu
dan lingkungan.
c.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar
1. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik.
Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai
kehidupan yang disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan
biotic dan abiotik tidak dapat dihindarai. Itulah hukum alam yang harus
dihadapi oleh anak didik sebagai mahluk hidup yang tergolong kelompok biotik.
2. Faktor instrumental
Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai,
tujuan tersebut tentu saja menyangkut pada tingkat kelembagaan. Dalam rangka
melicinkan kea rah itu diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk
dan jenisnya dan semuanya dapat diberdayagunakan menurut fungsi masing-masing
kelengkapan sekolah. Kurikulum dapat dipakai oleh guru dalam merencanakan
program pengajaran. Program sekolah dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan
kualitas belajar mengajar. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna dan berhasil, guna bagi kemajuan
belajar anak didik disekolah.
3. Kondisi fisiologis
Kondisi fisiologis pada
umumnya sangat berpengaruh terhadapkemampuan belajar seseorang. Orang yang
dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam
keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya
dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi; mereka lekas lelah, mudah
mengantuk, dan sukar menerima pelajaran.
4. Kondisi psikologis
Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis.
Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi
belajar seseorang. Maka dari itu, belajar berarti bukanlah berdiri sendiri,
terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari dalam.
Faktor psikologis merupakan faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang
utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor luar
mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung, maka faktor luar itu akan
kurang signifikan. Oleh karena itu, minat, kecenderungan, bakat, motivasi, dan
kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama
mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik.
d.
Pengertian
metode
Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met'
dan 'hodes' yang berarti melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau
cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting
yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana
dalam pelaksanaan. Berikut ini adalah pengertian dan definisi Metode menurut
para ahli:
Drs. Agus M. Hardjana (2001,15), Metode adalah cara
yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai,
Rothwell & Kazanas yang dikutip oleh (Agus M.
Hardjana 2001,15) Metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk
menyampaikan informasi.
Titus yang dikutip oleh (Agus M. Hardjana, 2001, 16)
Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk
menegaskan bidang keilmuan.
Macquarie yang dikutip oleh (Agus M. Hardjana,
2001,16) Metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan
rencana tertentu. Wiradi yang dikutip oleh (Agus M. Hardjana, 2001, 17) Metode adalah seperangkat langkah (apa yang
harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis)
e.
Pengertian
Bermain
Istilah bermain merupakan konsep yang tidak mudah
untuk dijabarkan, bahkan didalam oxford
english dictionary , tercantum 116 definisi tentang bermain. Salah satu
contoh, ada ahli yang mengatakan bermain sebagai kegiatan yang dilakukan berulang
ulang demi kesenangan, piaget (yang dikutip oleh Andang Ismail, 2012, 24).
Tetapi ahli lain membantah pendapat tersebut karena ada kalanya bermain bukan
dilakukan semata-mata demi kesenangan melainkan ada sasaran lain yang ingin
dicapai, yaitu prestasi tertentu.
Banyak keterangan yang simpang siur dan salaing
bertentangan. Karena itu untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai
bermain, perlu memandang bermain sebagai ‘tali’ yang merupakan untaian serat
serta benang-benang yang terjalin menjadi satu (mayke, 2001:24).
Menurut Hughes yang dikutip oleh Andang Ismail (2012,
24) seorang ahli perkembangan anak dalam bukunya children, play, and development, mengatakan bahwa bermain merupakan
hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Suatu kegiatan yang disebut
bermain harus ada lima unsur didalamnya, yaitu:
1. Mempunyai
tujuan, yaitu permainan itu sendiri untuk mendapat kepuasan;
2. Memilih
dengan bebas dan atas kehendak sendiri, serta tidak ada yang menyuruh atau
memaksa;
3. Menyenangkan
dan dapat dinikmati;
4. Mengkhayal
untuk mengembangkan daya imajinatif dan kreativitas;
5. Melakukan
secara aktif dan sadar
Selain itu bermain juga dapat bermakna sebagai kegiatan
anak yang menyenangkan dan dinikmati (pleasurable
and enjoyable). Sussana Millar yang dikutip oleh Andang Ismail (2012, 26)
berpandangan sama : kegiatan bermain perlu dilihat sebagai salah satu perilaku
yang menyeluruh pada manusia dan dibutuhkan penelitian yang sistematik.
Menurut Andang Ismail (2012:26) bermain memiliki dua
pengertian yang harus dibedakan. Bahwa bermain menurut pengertian pertama dapat
bermakna pada sebuah aktivitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa
mencari menang kalah (play).
Sedangkan pengertian yang kedua sebagai aktivitas bermain yang dilakukan dalam
rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai dengan adanya pencarian
menang kalah (games). Dengan
demikian, pda dasarnya setiap aktifitas bermain selalu didasarkan pada perlehan
kesenangan dan kepuasan, sebab fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan
menyegarkan kembali (refresing)
kondisi fisik dan mental yang berada pada ambang ketegangan.
Secara lebih umum dalam term psikologi, Joan Freeman
dan Utami Munandar yang dikutip oleh Andang Ismail (2012, 27) mendefinisikan
bermain sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang
utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.
f.
Manfaat
bermain
Joan Freeman dan Utami Munandar yang dikutip oleh
Andang Ismail (2012, 27) menyebutkan
beberapa pandangan mengenai manfaat bermain yang diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai
penyalur energi berlebih yang dimiliki anak. Anak mempunyai energi berlebih
karena terbebas dari segala macam tekanan, baik tekanan ekonomis maupun sosial,
sehingga ia mengungkapkan energinya dalam bermain .
2. Sebagai
sarana untuk menyiapkan hidupnya kelak dewasa. Melalui bermain, seorang anak
menyiapkan diri untuk hidupnya kelak ketika dewasa. Misalnya, dengan bermain
peran secara tidak sadar ia menyiapkan diri untuk peran atau pekerjaannya
dimasa depan.
3. Sebagai
pelanjut citra kemanusiaan. Melalui bermain anak melewati tahap-tahap
perkembangan yang sama dari pekerjaan sejarah umat manusia (teori
Rekapitulasi). Kegiatan-kegiatan seperti lari, melempar, memanjat, dan
melompat, merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari dari generasi ke generasi.
4. Untuk
membangun energi yang hilang. Bermain merupakan medium untuk menyegarkan badan
kembali (tevitalisasi) setelah bekerja selama berjam-jam (lazarus)
5. Untuk
memperoleh kompensasi dan atas hal-hal yang tidak diperbolehnya. Melalui
kegiatan bermain , anak memuaskan keinginan –keinginannya yang terpendam atau
tertekan. Dengan bermain, anak seperti mencari kompensasi untuk apa yang tidak
ia peroleh dalam kehidupan nyata, untuk keinginan-keinginan yang tidak mendapat
pemuasan
6. Bermain
juga memungkinkan anak melepaskan perasaan-perasaan dan emosinya yang dalam
realitas tidak dapat diungkapkannya
7. Memberi
stimulus pada pembentukan kepribadian. Kepribadian terus berkembang dan untuk
pertumbuhan yang normal, perlu adanya rangsangan (stimulus), dan bermain
memberikan stimulus ini untuk pertumbuhan (Appleton).
g.
Pengertian
motorik
Pengertian motorik dan gerak
seringkali menjadi satu. Motorik dapat diartikan sebagai suatu rangkaian
peristiwa laten yang tidak dapat diamati dari luar. Pengertian umum ini belum
dapat memberikan kejelasan yang lebih tajam , untuk itu diperlukan suatu
definisi yang lebih operasional. Menurut Witarsono yang dikutip oleh Heri
Rahyubi (2012, 207), motorik adalah suatu peristiwa laten yang meliputi
keseluruhan proses pengendalian dan pengaturan fungsi. Fungsi organ tubuh
baik secara fisiologis maupun secara psikis yang menyebabkan terjadinya suatu
gerak peristiwa. Peristiwa laten yang tidak dapat diamati tersebut meliputi
antara lain: Penerimaan informasi atau stimulus , pemberian makna terhadap
informasi, pengolahan informasi, proses pengambilan keputusan dan dorongan untuk
melakukan berbagai bentuk aksi motorik. Setelah itu dilanjutkan dengan
peristiwa fisiologi yang meliputi pemberian pengaturan dan pengendalian imflus
kepada organ tubuh yang terlibat dalam melaksanakan aksi motorik. Sebagai hasil
dari peristiwa laten tersebut adalah gerak yang dapat diamati dalam dimensi
ruang dan waktu.
Studi tentang motorik (gerak)
manusia tidak terlepas dengan ilmu gerak, kinesiologi, performance manusia,
pendidikan jasmani, dan body movement.
Perilaku gerak (motor behavior)
merupakan sub disiplin yang menekankan pada investigasi mengenai prinsip-prinsip
perilaku manusia
Perilaku gerak dibagi kedalam tiga
bagian yaitu: teori gerak, belajar gerak, dan perkembangan gerak
1.
Teori
Gerak
Teori gerak (motor control) adalah studi mengenai faktor-faaktor
fungsi syaraf yang mempengaruhi gerak manusia. Sistem syaraf merupakan bagian
penting dalam memproduksi gerak manusia, sebab sel-sel saraf merangsang otot
untuk memproduksi gerak manusia.
2.
Belajar
Gerak
Belajar gerak (motor learning) merupakan studi tentang
ketrampilan untuk memperoleh dan menyempurnakan gerakan. Belajar gerak sangat
dipengaruhi oleh berbagai bentuk latihan, pengalaman, dan situasi belajar
manusia. Untuk melakukannya diperlukan adanya kontrol perhatian (atention), dan pemusatan perhatian atau
konsentrasi.
3.
perkembangan
gerak
perkembangan
gerak (motor development) merupakan
sebuah perubahan dalam perilaku gerak yang
mampu merefleksikan adanya interaksi antara kematangan organisme
seseorang dengan lingkungannya. Perkembangan gerak akan mengubah kompetensi
gerak manusia yang diawali sejak masa bayi hingga dewasa yang melibatkan
berbagai aspek perilaku seseorang.
h.
faktor
faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik
Ada beberapa
faktor yang berpengaruh pada perkembangan motorik individu. Faktor-faktor ini
antara lain: perkembangan sistem saraf, kondisi fisik, motifasi yang kuat,
lingkungan yang kondusif, aspek psikologis, usia, jenis kelamin, serta bakat
dan potensi.
1.
Perkembangan
sistem saraf
Sistem saraf
sangat berpengaruh dalam perkembangan motorik karena sistem saraflah yang
mengontrol aktivitas motorik pada tubuh manusia
2.
Kondisi
fisik
Karena
perkembangan motorik sangat erat kaitannya dengan fisik tentu saja sangat
berpengaruh pada perkembangan motorik seseorang. Seorang yang normal biasanya
perkembangan motoriknya akan lebih baik dibandingkan orang lain yang memiliki
kekurangan fisik.
3.
Motivasi
yang kuat
Seseorang yang
punya motivasi kuat untuk menguasai ketrampilan motorik tertentu biasanya telah
punya modal besar untuk meraih prestasi. Kemudian, ketika seseorang mampu
melakukan suatu aktivitas motorik dengan baik, maka kemungkinan besar dia akan
termotivasi untuk menguasai ketrampilan motorik yang lebih luas dan lebih
tinggi lagi.
4.
Lingkungan
yang kondusif
Perkembangan
motorik seorang individu kemungkinan besar bisa berjalan optimal jika
lingkungan tempatnya beraktivitas mendukung dan kondusif. Lingkungan disini
bisa berarti fasilitas, peralatan, sarana, dan prasarana. Bisa juga berarti
lingkungan tempat beraktivitas yang baik dan kondusif.
5.
Aspek
psikologis
Aspek
psikologis, psikis, dan kejiwaan sudah barang tentu sangat berpengaruh pada
kemampuan motorik. Hanya seseorang yang kondisi psikologisnya baiklah yang
mampu meraih ketrampilan motorik yang baik pula.
6.
Usia
Usia sangat berpengaruh
pada aktivitas motorik seseorang. Seorang bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan
tua tentu saja punya karakteristik keterampilan motorik yang berbeda pula.
7.
Jenis
Kelamin
Dalam
ketrampilan motorik tertentu misalnya olahraga, faktor jenis kelamin cukup
berpengaruh. Dalam beberapa cabang olahraga seperti renang, bulu tangkis, volley, tenis, sepak bola,
tinju, karate dan masih banyak lagi seorang laki-laki tentu lebih kuat, lebih
cepat, lebih terampil, dan lebih gesit dibanding perempuan.
8.
Bakat
dan Potensi
Bakat dan
potensi juaga berpengaruh pada usaha meraih keterampilan motorik. Misalnya,
sesorang mudah diarahkan untuk menjadi pesepakbola handal jika dia punya bakat
dan potensi sebagai pemain bola begitu juga pada bidang ketrampilan motorik
lainnya.
i.
Aktivitas
motorik kasar dan halus
Aktivitas
motorik merupakan pengendalian gerakan tubuh melalui aktivitas yang terkoodinir
antara susunan saraf, otot, otak, dan urat saraf tulang belakang (spinal cord). Berdasarkan jenisnya
aktivitas motorik bisa dibedakan menjadi dua yaitu motorik kasar (gross motor activity) dan aktivitas
motorik halus (fine motor activity).
Aktivitas
motorik kasar adalah ketrampilan gerak atau gerakan tubuh yang memakai
otot-otot besar sebagai dasar utama gerakannya. Ketrampilan motorik kasar
meliputi pola lokomotor (gerakan yang menyebabkan perpindahan tempat) seperti
berjalan, berlari, menendang, naik turun tangga, melompat, meloncat, dan
sebagainya. Juga ketrampilan menguasai bola seperti melempar, menendang dan
memantulkan bola.
Kemudian aktivitas motorik halus (fine motor activity) didefinisikan
sebagai ketrampilan yag memerlukan kemampuan untuk mengoordinasikan atau
mengatur otot-otot kecil/halus. Misalnya, berkaitan dengan gerakan mata dan
tangan efisien, tepat, dan adaptif. Perkembangan kontrol motorik halus atau
ketrampilan koordinasi mata dan tangan mewakili bagian yang penting dalam
perkembangan motorik. Contoh aktivitas motorik halus misalnya kemampuan
memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting,
menulis, dan sebagainya.
2. Kerangka Berfikir
Penelitian
ini didasarkan pada kerangka berpikir sebagai berikut : Motorik halus tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor internal yang meliputi, faktor fisiologis dan
psikologis, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor eksternal yang antara lain
adalah penggunaan metode belajar yang efektif guna merangsang perkembangan
kemampuan motorik halus anak, seperti dengan penggunaan metode bermain
Permainan
sendiri memiliki bermacam ragam ada yang hanya permainan biasa yang digunakan
hanya untuk menciptakan kesenangan maupun permainan edukatif yang secara baik
telah dirancang sebagai media pembelajaran, dari jenisnya permainan memiliki
dua macam jenis yaitu permainan tradisional dan permainan modern, namun tidak
semua permainan disukai anak ada yang senang ada juga yang tidak tergantung
pada selera anak dalam menanggapi suatu permainan,
Selanjutnya
permainan kini digunakan sebagai media pembelajaran yang sangat baik banyak
pembelajaran menggunakan media bermain karena bermain memiliki banyak manfaat
diantaranya merangsang perkembangan motorik pada anak.
Motorik
sendiri memiliki dua macam yaitu motorik halus dan motorik kasar, motorik halus
dapat dirangsang diantaranya dengan melipat, menggambar, menyusun puzzle, motorik kasar dapat dirangsang
diantaranya dengan latihan melompat, merangkak, menangkap bola, melempar bola.
3. Perumusan Hipotesis
Dalam
penelitian ini hipotesis yang diajukan yaitu:
1. Ada
hubungan positif antara layanan bimbingan belajar dengan motorik halus anak di PAUD
Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman tahun 2012/2013.
2. Ada
hubugan positif antara metode bermain dengan motorik halus
anak di PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman tahun 2012-2013.
3. Ada
hubungan positif antara layanan
bimbingan belajar dan metode bermain secara bersama-sama dengan motorik halus anak
di PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman tahun 2012-2013.
I.
METODE
PENELITIAN
1.
Waktu
dan Tempat Penelitian
Tabel
1: jadwal pelaksanaan penelitian
NO
|
KEGIATAN
|
BULAN KE
|
||||||
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
mei
|
Juni
|
Juli
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Pengajuan judul
Pembuatan
proposal
Obversai lokasi
dan ijin penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data
Penulisan Laporan
Ujian Penelitian
|
Ö
|
Ö
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Tempat
penelitian di PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman.
2. Variabel Penelitian
Dikutip
dari Suharsimi Arikunto (2010:159), Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel
sebagai gejala yang bervariasi, gejala adalah objek penelitian, sehingga
variabel adalah objek penelitian yang bervariasi, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian. Suharsimi Arikunto (2010:160), mengemukakan
variabel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: Kuantitatif dan Kualitatif. Lebih
jauh lagi variabel kuantitatif dibedakan
menjadi dua: (1). Variabel diskrit, disebut juga variabel nominal atau variabel
kategorik, (2). Variabel kontinum, dipisahkan menjadi tiga variabel kecil
yaitu variabel ordinal, variabel
interval, dan variabel ratio. Selain itu variabel penelitian dapat digolongkan juga kedalam variabel bebas dan variabel
terikat.
Dalam
penelitian ini variabel bebasnya adalah Bimbingan Belajar (Variabel X1)
dan metode bermain (Variabel X2), sedangkan variable terikatnya
adalah motorik halus ( Variabel Y).
a. Variabel
Bimbingan Belajar
Bimbingan
Belajar adalah suatu arahan dimana suatu proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik.
b. Variabel
metode bermain
Bagaimana baik atau
buruknya tingkat perkembangan anak tergatung pada metode yang digunakan
c. Variabel
motorik halus
Motorik halus adalah perkembangan
otot-otot halus pada anak yang mempengaruhi ketrampilan anak.
3.
Metode
Penentuan Sampel
Menurut
Suharsimi Arikunto (2010:173), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Subjek penelitian adalah individu-idividu yang diteliti, yang menjadi
responden. Berdasarkan batasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian yang diteliti dalam suatu penelitian, yang
menjadi responden, dan kepada merekalah penelitian akan digeneralisasikan.
Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah anak paud keladi dusun manggong kepuharjo
cangkringan sleman tahun 2012/2013, yang berjumlah 20 sampel.
4.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan Angket. Angket
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode bermain dengan motorik halus anak. Jenis angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan skala sikap :
a. Selalu dengan nilai 4
b. Sering dengan nilai 3
c. Kadang-kadang dengan nilai 2.
d. Tidak pernah dengan nilai 1
Jumlah
butir soal pertanyaan untuk soal semua
variabel
berjumlah 20
pernyataan.
5.
Uji
Validitas Variabel
1) Validitas
Validitas
berasal dari kata validity yang mempunyai
arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrument pengukur (tes) dalam
melakukan fungsi ukurnya.
Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan
fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan
maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes yang menghasilkan data yang tidak
relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang
memiliki validitas rendah.
Adapun teknis
korelasi yang digunakan untuk mencari validitas dalam penelitian ini adalah
teknik korelasi Product Moment Karl Pearson dengan angka kasar rumus korelasi
Product Moment Karl Pearson dengan angka kasar dalam Suharsimi Arikunto
(2010,221) adalah:
Keterangan:
Uji signifikan dinyatakan valid jika rxy
empirik lebih besar atau sama dengan rxyteoritik (yang
terdapat dalam tabel) pada taraf signifikansi 5 %.
2) Uji
Reliabilitas
Reliabilitas
diterjemaahkan dari kata reliability.
Pengukuran yang dimiliki reliabilitas tinggi maksudnya adalah pengukuran yang
dapat menghasilkan data yang reliabel. Dan untuk mengetahui reliabilitas dalam
penelitian ini digunakan rumus alpha dari cronbach dengan alasan jawaban dari
setiap butir lebih dari satu pilihan. Sebagaimana yang dinyatakan Suharsimi
Arikunto (2010,222) bahwa rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas
instrument yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian,
dengan rumus sebagai berikut:
(Suharsimi
Arikunto, 2010,222)
Keterangan:
3) Uji Normalitas
Untuk mengidentifikasi masing-masing variabel maka
dihitung ukuran tendensi sentral yang terdiri dari mean, modus, dan standar
deviasi dari masing-masing variabel. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan
rumus-rumus sebagai berikut:
1) Menentukan rentangan ;
R=
Data tertinggi – Data terendah
2) Menentukan banyaknya kelas ;
K = 1 + 33 ( log 35 )
3) Menentukan panjang kelas :
3)
Mencari
nilai Mean (
)
4)
Mencari
Standar Deviasi :
6) Uji
normalitas dengan metode lilieffors
Menentukan nilai Zi menggunakan rumus :
6. Tekhnik
Analisis Data
a.
Analisis Regresi
Analisis ini digunakan untuk mengukur koofisien
korelasi antara variable-variabel bebas bersama-sama dengan variable
terikatnya. Sedangkan rumus yang digunakan adalah analisis regresi ganda.
Melalui teknik ini akan diperoleh harga koofisien determinasi (R2)
hubungan antara tiga variabel bebas secara sumbangan masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat. Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1) Mencari Persamaan Garis
Regresi
(Sutrisno Hadi,
2001)
Keterangan:
Y : varieabel terikat
X : variebel bebas
a : bilangan koofesien
K : bilangan konstanta
2) Mencari Koofesien
Korelasi
Keterangan:
3) Menguji sigfikansi
korelasinya
Keterangan :
4) Mencari Sumbangan
Relatif (SR)
(Sutrisno Hadi,
2001)
Keterangan:
5) Mencari Sumbangan
Efektif (SE)
SE%X =SR%XxR2
(Sutrisno Hadi,
2001)
Keterangan:
SE%X : sumbangan efektif prediktor
SR%X : sumbangan relative prediktor
R2 : koefisien determinan
Sistematika
Isi Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
B.
Identifikasi Masalah
C.
Pembatasan Masalah
D.
Perumusan Masalah
E. Tujuan
Penelitian
F.
Manfaat Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian
Teori
1. Bimbingan
Belajar
2. Metode
Bermain
3. Motorik
Halus
B.
Kerangka Berfikir
Hubungan Bimbingan Belajar dan Metode Bermain dengan
Motorik Halus Anak Paud Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman Tahun
2012/2013.
C.
Rumusan Hipotesis
BAB
III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
B. Variabel Penelitian
C. Metode Penentuan Subyek
D. Metode dan Teknik Pengumpulan
Data
E. Teknik Analisis Data
BAB
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Data
B. Pengujian Hipotesis
C. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB
V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar