Kamis, 14 Maret 2013

parenting di paud

Parenting Education (PE) merupakan cara terbaik untuk membangun karakteranak. Sejak usia dini, anak tak lepas dari peran orang tua. Peranmereka menjadi penting karena sebelum bersekolah anak terlebih dulumengenal orang tua. Dari sini anak-anak mulai belajar dan membentukkarakter. Karena itu, para orang tua harus membekali diri dengan PE.

Demikian ungkap Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd. dalam seminar nasionalbertema "Intercorrelation Parenting Education to Children’s BuildingCharacter" di Gedung Serba Guna (GSG) Unesa Kampus Ketintang, Minggu (19/2).Lebih lanjut, ia memaparkan, PE tak bermaksud menggurui, justru solusimengatasi persoalan para orang tua mengupayakan pembangunan karakteranak. Karakter dinilai penting untuk anak. Tanpa itu, seseorang takdapat hidup di lingkungan masyarakat dengan baik. Sebagai contoh,sepintar apapun seseorang bila tak berkarakter akan sulit mendapatpekerjaan. Begitu sebaliknya. Untuk itu, anak perlu dibekali keduanya.

Menurut Samani, berbagai hal dapat dilakukan untuk merealisasikan PE.Sebagai contoh, sering menjumpai anak yang kebingungan saat sekolah. Disekolah, anak-anak diberi tahu tata cara sebelum tidur. Sebaliknya, dirumah pun anak-anak diajari tata cara yang baik oleh orang tuanya. Darikedua tempat itu ditemukan ada perbedaan tata cara. Dengan dua kebiasaanyang berbeda antara di sekolah dan rumah, anak-anak menjadi bingung.Itulah contoh dari pentingnya PE. Jika ada penyamaan norma di sekolahdan di rumah, anak tak akan mengalami kebingungan. Jika sudah sinergiantara keduanya, pembentukan karakter pun bisa tercipta baik. Alia_Humas Unesa

Minggu, 10 Maret 2013

prediksi MU vs Chelsea

MANCHESTER, KOMPAS.com - Dikabarkan hubungannya tengah retak, Sir Alex Ferguson dan Wayne Rooney punya arena untuk membuktikan semuanya hanya bualan. Chelsea dibidik sebagai korban sekaligus ajang rekonsiliasi dua ikon Manchester United itu.


Disingkirkan Real Madrid dari 16 besar Liga Champions, Selasa (5/3/2013), membawa dampak besar bagi kubu internal Setan Merah. Yang paling mencengangkan adalah ketidakharmonisan hubungan Rooney dan Ferguson. Imbasnya, spekulasi pun berkembang, Wazza akan dilego pada akhir musim ini.



Meski telah dibantah Ferguson, spekulasi itu tak padam setelah Terry Venables mengemukakananalisisnya yang lumayan tajam.



Praktis, mau tak mau Rooney dan Ferguson harus mengajukan bantahannya dengan pembuktian. Hanya kemenangan plus tiket ke semifinal Piala FA yang dapat memadamkan kabar perselisihan antara keduanya. 



"Kami punya pekerjaan untuk diselesaikan pada Minggu (10/3/2013) dan saya pikir kami akan menyelesaikannya," ungkap Ferguson kepada Fox Sports, Sabtu (9/3/2013). "Kami sudah melalui prosedur ini berkali-kali. Ketika Anda bekerja untuk sebuah klub pada waktu yang lama, bakal ada momen dan saat-saat buruk. Secara umum, kami akan bangkit dan itu yang akan kembali kami lakukan."



Ferguson pun hanya kehilangan tiga pemain dalam laga yang akan disiarkan langsung TransTV,Minggu malam ini, mulai pukul 23.15 WIB. Dan, posisi ketiga pemain itu telah digantikan dengan baik oleh pemain lainnya.



Kebangkitan juga jadi salah satu tema laga The Blues di Stadion Old Trafford kali ini. Maklum saja, Chelsea setengah dipermalukan wakil Romania Steaua Bucharest 0-1, Kamis (7/3/2013). 



"Pertandingan berat melawan tim kuat yang saat ini juga menjadi pemuncak klasemen (Premier League). Laga tandang bagi kami, jadi kami tahu itu akan menyulitkan, namun kami tetap optimistis dapat lolos," kata manajer ad-interim Rafael Benitez yang dilansir Sky Sports.



Setelah dibawah ke Bucharest, John Terry kemungkinan besar juga dibawah ke Manchester, meski kondisi fisiknya masih meragukan menilik cedera lututnya.



Namun, Rafa telah bersiap untuk laga perempat final Piala FA itu, dengan mengistirahatkan Ramires, Victor Moses, dan Ashley Cole. Ketiganya tak ditampilkan dalam laga perdana 16 besar Liga Europa di Bucharest.



Yang pantas diwaspadai Rafa adalah rekor buruk lima laga tandang Chelsea di Old Trafford. Hanya sekali London Biru mampu menyungkurkan The Red Devils di kandangnya sendiri.



Dan, kali ini pun sepertinya bakal laga yang lebih sulit bagi Chelsea, ketika Ferguson dan Rooney punya sesuatu yang digunakan sebagai ajang pembuktian demi meyakinkan para pendukung MU. 



Perkiraan Susunan Pemain
MU (4-2-3-1): Lindegaard; Rafael, Ferdinand, Vidic, Evra; Cleverley, Carrick; Rooney, Kagawa, Nani; Van Persie
Pelatih: Ferguson



Chelsea (4-2-3-1): Cech; Azpilicueta, Luiz, Ivanovic, Cole; Ramires, Mikel; Oscar, Mata, Hazard; Ba
Pelatih: Benitez



Kemungkinan Absen
MU: Jones, Fletcher, Scholes (cedera)
Chelsea: Romeu (cedera)



Lima Duel Terakhir
31/10/2012 - Chelsea 5-4 MU (Piala Liga)    
28/10/2012 - Chelsea 2-3 MU (EPL)
5/2/2012 - Chelsea 3-3 MU (EPL)    
18/9/2011 - MU 3-1 Chelsea (EPL)
8/5/2011 - MU 2-1 Chelsea (EPL)



Performa Lima Laga Terakhir
MU: K-M-M-M-S
Chelsea: K-M-M-K-S



Prediksi
Bwin: 1,72 - 3,75 - 4,50
William Hill: 1,80 - 3,30 - 4.80

Kompas Bola: 55-45

Senin, 04 Maret 2013

lahirnya pola 17 dalam bk


Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah diselenggarakan dengan pola yang tidak jelas, ketidak jelasan pola yang harus diterapkan berdampak pada buruknya citra bimbingan dan konseling, sehingga melahirkan miskonsepsi terhadap pelaksanaan BK, munculnya persepsi negatif terhadap pelaksanaan BK, berbagai kritikan muncul sebagai wujud kekecewaan atas kinerja Guru Pembimbing sehingga terjadi kesalahpahaman, persepsi negatif dan miskonsepsi berlarut. Masalah menggejala diantaranya: konselor sekolah dianggap polisi sekolah, BK dianggap semata-mata sebagai pemberian nasehat, BK dibatasi pada menangani masalah yang insidental, BK dibatasi untuk klien-klien tertentu saja, BK melayani ”orang sakit” dan atau ”kurang normal”, BK bekerja sendiri, konselor sekolah harus aktif sementara pihak lain pasif, adanya anggapan bahwa pekerjaan BK dapat dilakukan oleh siapa saja, pelayanan BK berpusat pada keluhan pertama saja, menganggap hasil pekerjaan BK harus segera dilihat, menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien, memusatkan usaha BK pada penggunaan instrumentasi BK (tes, inventori, kuesioner dan lain-lain) dan BK dibatasi untuk menangani masalah-masalah yang ringan saja.
Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah diselenggarakan dengan pola yang tidak jelas, ketidak jelasan pola yang harus diterapkan disebabkan diantaranya oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Belum adanya hukum
Sejak Konferensi di Malang tahun 1960 sampai dengan munculnya Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP Bandung dan IKIP Malang tahun 1964, fokus pemikiran adalah mendesain pendidikan untuk mencetak tenaga-tenaga BP di sekolah. Tahun 1975 Konvensi Nasional Bimbingan I di Malang berhasil menelurkan keputusan penting diantaranya terbentuknya Organisasi bimbingan dengan nama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI). Melalui IPBI inilah kelak yang akan berjuang untuk memperolah Payung hukum pelaksanaan Bimbingan dann Penyuluhan di sekolah menjadi jelas arah kegiatannya.
2. Semangat luar biasa untuk melaksanakan
BP di sekolahLahirnya SK Menpan No. 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Merupakan angin segar pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah. Semangat yang luar biasa untuk melaksanakan ini karena di sana dikatakan “Tugas guru adalah mengajar dan/atau membimbing.” Penafsiran pelaksanaan ini di sekolah dan didukung tenaga atau guru pembimbing yang berasal dari lulusan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan atau Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (sejak tahun 1984/1985) masih kurang, menjadikan pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas. Lebih-lebih lagi dilaksanakan oleh guru-guru yang ditugasi sekolah berasal dari guru yang senior atau mau pensiun, guru yang kekurangan jam mata pelajaran untuk memenuhi tuntutan angka kreditnya. Pengakuan legal dengan SK Menpan tersebut menjadi jauh arahnya terutama untuk pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah.
3. Belum ada aturan main yang jelas
Apa, mengapa, untuk apa, bagaimana, kepada siapa, oleh siapa, kapan dan di mana pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan dilaksanakan juga belum jelas. Oleh siapa bimbingan dan penyuluhan dilaksanakan, di sekolah banyak terjadi diberikan kepada guru-guru senior, guru-guru yang mau pensiun, guru mata pelajaran yang kurang jam mengajarnya untuk memenuhi tuntutan angka kreditnya. Guru-guru ini jelas sebagian besar tidak menguasai dan memang tidak dipersiapkan untuk menjadi Guru Pembimbing. Kesan yang tertangkap di masyarakat terutama orang tua murid Bimbingan Penyuluhan tugasnya menyelesaikan anak yang bermasalah. Sehingga ketika orang tua dipanggil ke sekolah apalagi yang memanggil Guru Pembimbing, orang tua menjadi malu, dan dari rumah sudah berpikir ada apa dengan anaknya, bermasalah atau mempunyai masalah apakah. Dari segi pengawasan, juga belum jelas arah dan pelaksanaan pengawasannya. Selain itu dengan pola yang tidak jelas tersebut mengakibatkan:
  • Guru BP (sekarang Konselor Sekolah) belum mampu mengoptimalisasikan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan terhadap siswa yang menjadi tanggungjawabnya. Yang terjadi malah guru pembimbing ditugasi mengajarkan salah satu mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Kesenian, dsb.nya.
  • Guru Pembimbing merangkap pustakawan, pengumpul dan pengolah nilai siswa dalam kelaskelas tertentu serta berfungsi sebagai guru piket dan guru pengganti bagi guru mata pelajaran yang berhalangan hadir.
  • Guru Pembimbing ditugasi sebagai “polisi sekolah” yang mengurusi dan menghakimi para siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah seperti terlambat masuk, tidak memakai pakaian seragam atau baju yang dikeluarkan dari celana atau rok.
  • Kepala Sekolah tidak mampu melakukan pengawasan, karena tidak memahami program pelayanan serta belum mampu memfasilitasi kegiatan layanan bimbingan di sekolahnya.
  • Terjadi persepsi dan pandangan yang keliru dari personil sekolah terhadap tugas dan fungsi guru pembimbing, sehingga tidak terjalin kerja sama sebagaimana yang diharapkan dalam organisasi bimbingan dan konseling.Kondisi-kondisi seperti di atas, nyaris terjadi pada setiap sekolah di Indonesia.

Lahirnya Pola 17 Plus

Program layanan bimbingan Konseling tidak dapat berjalan dengan efektif apabila tidak didukung dengan profesionalismenya guru BK tersebut dalam melayani siswanya dengan terprogram secara efektif apabila kurang atau tidak didukung faktor lain, misalnya faktor pengalaman bekerja.
Layanan konseling yang diberikan kepada peserta didik untuk belajar dengan efektif. Efektivitas konseling dapat tercapai bila seorang konselor atau guru pembimbing melaksanakan pola 17, antara lain:
  1. bidang bimbingan pribadi,
  2. bidang bimbingan sosial,
  3. bidang bimbingan belajar,
  4. bidang bimbingan karier.
Sedangkan tujuh layanan bimbingan dan konseling meliputi :
  1. layanan orientasi,
  2. layanan informasi,
  3. layanan penempatan dan pengukuran,
  4. layanan pembelajaran,
  5. layanan konseling perorangan,
  6. layanan bimbingan kelompok,
  7. konseling kelompok.
Dan lima kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling, meliputi:
  1. aplikasi instrumentasi,
  2. himpunan data dan studi kasus,
  3. kunjungan rumah, dan
  4. alih tangan kasus.
Jika pola 17 bimbingan konseling dapat dilaksanakan maksimal, terprogram, dan berkualitas, dapat menunjang hasil belajar siswa. Pelaksanaan bimbingan konseling pola 17 tersebut dapat maksimal apabila dalam kurikulum diberikan alokasi waktu minimal 1 jam pelajaran sehingga empat bidang bimbingan, delapan layanan, dan lima kegiatan pendukung dapat diberikan pada seluruh siswa dan bukan pada siswa yang bermasalah saja.


Read more: Lahirnya Pola 17 Plus Bimbingan dan Konseling 



3 dari 5 pemain liga primer bangkrut pasca pensiun


LONDON, KOMPAS.com — Pemain sepak bola profesional di Premier League tidak hanya berlimpah kekayaan, tetapi juga mudah bangkrut. Setidaknya, di Inggris, ada laporan yang menyebutkan tiga dari lima pemain Premier League bangkrut seusai pensiun dalam lima tahun terakhir.

Rata-rata pemain Premier League bergaji 30.000 pounds (sekitar Rp 437 juta) per pekan. Itu termasuk penghasilan yang mewah, belum lagi bonus dan penghasilan iklan atau lainnya.

Namun, di sisi lain, para pemain Premier League juga mudah terjebak gaya hidup bermewah-mewahan dan hedonis. Selain itu, kebanyakan dari mereka kurang sukses saat menginvestasikan uangnya di bidang bisnis.

Ini yang sering membuat mereka segera bangkrut begitu pensiun karena mengalami kekagetan budaya. Pemain yang semula mudah mendapatkan uang tiba-tiba harus bekerja di bidang lain untuk mempertahankan penghasilan dan gaya hidupnya. Sering kali, mereka kurang ahli di bidang lain selain sepak bola.

Kenyataan ini diungkapkan oleh yayasan amal sepak bola, XPro, dalam laporannya. Lembaga ini memiliki data 30.000 pemain yang pensiun dari semua liga di Inggris. Disebutkan pula, satu dari tiga pemain Premier League bercerai dalam 12 bulan setelah pensiun.

Beberapa contoh pemain bangkrut di antaranya Brad Friedel. Mantan kiper Tottenham Hotspur ini terbelit utang sebesar 5 juta pounds (sekitar Rp 72,8 miliar) karena membangun akademi sepak bola di Amerika Serikat.

Sementara mantan pemain Aston Villa, Lee Hendrie, utang 200.000 (sekitar Rp 2,9 milar) kepada kantor pajak. Pemain Fulham, John Arne Riise, serta mantan pemain MU, Keith Gillespie dan Eric Djemba-Djemba, juga memiliki masalah keuangan. Mantan pemain Blackburn Rovers dan kapten timnas Skotlandia, Colin Hendry, juga dinyatakan bangkrut pada 2010.

"Data kami menunjukkan, tiga dari lima pemain mengalami kebangkrutan dalam lima tahun. Ini juga ada hubungannya dengan data satu dari tiga pemain bercerai dalam 12 bulan setelah pensiun," kata Ketua Eksekutif XPro, Geoff Scott, yang pernah bermain di Stoke City, Leicester, dan Birmingham. 

"Sering kali, mereka mendapat nasihat dari orang yang salah. Sebelum menyadarinya, aset mereka sudah habis. Ini terkesan aneh, tetapi benar-benar terjadi," lanjut Scott.

Para ahli soal kebangkrutan mengatakan, sejumlah mantan pemain bola yang menjadi klien mereka kebingungan karena sudah tak mendapat gaji selepas pensiun. "Meski pemain mendapat gaji besar, tetapi gaya hidup mereka tinggi dan sering melakukan investasi berisiko tinggi," kata salah satu ahli soal kebangkrutan dari RSM Tenon, Mark Sands.
"Ketika kariernya berakhir, mereka tak memiliki penghasilan alternatif dan penghasilan mereka segera merosot secara drastis. Selagi begitu, gaya hidup mereka tak berubah. Pensiun, penghasilan yang menurun, kegagalan investasi, dan tingginya utang untuk membeli rumah menjadi kombinasi yang membuat mereka terjatuh dan bangkrut," ujarnya. (SUN

penyedia teknologi garis gawang

ZURICH, KOMPAS.com - FIFA memberikan lisensi kepada penyedia teknologi garis gawang (Goal-Line Technology/ GLT) asal Jerman, CAIROS, Senin (25/2/2013). CAIROS merupakan penyedia GLT ketiga yang mendapatkan lisensi FIFA, setelah Hawk-Eye (Inggris) dan GoalRef (Jerman).

"CAIROS telah memenuhi semua persyaratan teknologi garis gawang yang ditentukan FIFA, yang lulus dari semua tes. Teknologi ini kemudian diberikan lisensi resmi oleh FIFA untuk teknologi garis gawang," demikian pernyataan FIFA.

Sistem GLT CAIROS diuji oleh institut idenpenden dari Swiss, EMPA pada 18-20 Desember 2012. Tes pertama dilakukan di Wildparkstadion,  Karlsruhe, Jerman. Tes berikutnya dilakukan di ATSV Mutschelbach, Jerman.

Setelah lolos tes laboratorium, sistem GLT CAIROS dinilai sesuai standar lisensi FIFA Quality Programme.

CAIROS mulai mengembangkan berbagai teknologi pada 2000 dan sejak itu telah mengembangkan teknologi medan magnet untuk membantu ofisial pertandingan menentukan apakah bola telah melewati garis gawang atau belum. 

Teknologi serupa digunakan GoalRef, sementara sistem GLT Hawk-Eye menggunakan  6-8 kamera berkecepatan tinggi.

pemin panggilan BTN


JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Tim Nasional (BTN) merilis daftar 58 pemain yang dipanggil untuk pertandingan lanjutan Pra-Piala Asia 2015 kontra Arab Saudi di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, 23 Maret 2013.

Wakil Ketua BTN, Harbiansyah Hanafiah, mengatakan 58 pemain tersebut merupakan pilihan pelatih Luis Manuel Blanco. BTN, lanjutnya, saat ini tengah berkoordinasi dengan klub masing-masing pemain terkait pemanggilan tersebut.

58 pemain itu akan memulai pemusatan latihan di Jakarta pada Kamis (7/3/2013). "Selama pelatnas, nantinya pemain akan menginap di Hotel Sultan," ungkap Harbiansyah.

Adapun, dalam daftar itu, terdapat nama Diego Michiels yang sempat mendekam di penjara terkait kasus pemukulan beberapa waktu lalu. Selain itu, sejumlah pemain ISL seperti Patrich Wanggai, Greg Nwokolo hingga Sergio van Dijk juga turut dimasukan. Tak ada nama Bambang Pamungkas dan Cristian Gonzales dalam daftar tersebut.

Berikut 58 nama pemain timnas: 

Kiper: Kurnia Meiga, Samsidar, I Made Wirawan, Jandia Eka Putra, Endra Prasetya, Deny Marcell.

Bek: Hamka Hamzah, Riccardo Salampessy, Victor Igbonefo, M. Robby, Zulkifli Syukur, Ruben Sanadi, Supardi, Toni Sucipto, Hasim Kipuw, Novan Setyo, Syaifullah, Arif Nuansyah, Suyatno, Nopendi, Faturrahman, Syahrizal, Diego Michiels, Raphael Maitimo.

Gelandang: Ahmad Bustomi, Emmanuel Wanggai, Egi Melgiansyah, Ferdinand Sinaga, Ian Louis Kabes, Zulham Zamrun, Bayu Gatra, M. Ridwan, Firman Utina, Boaz Solossa, Eka Ramdhani, Ponaryo Astaman, Arif Suyono, Nur Iskandar, Andik Vermansah, Faisal Amri, Dedi Hartono, Stefano Lilipaly, Toni Cussel, Okto Maniani, Anggi.

Penyerang: Greg Nwokolo, Patrich Wanggai, Ferinando Pahabol, Tantan, Sergio van Dijk, Titus Bonai, Jajang Mulyana, Irfan Bachdim, Mario Aibekop, Husin, Musafri.

MU vs Madrid

MANCHESTER, KOMPAS.com — Jaminan pertandingan menarik bakal terjadi saat Manchester United (MU) menjamu Real Madrid pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions di Stadion Old Trafford, Selasa atau Rabu (6/3/2013) dini hari WIB.

MU membawa hasil positif pada pertemuan pertama saat menahan imbang Los Blancos 1-1 di Santiago Bernabeu. Keuntungan menaungi pasukan Sir Alex Ferguson karena pertandingan kedua akan berlangsung di depan pendukung sendiri.

Pada laga yang rencananya akan disiarkan SCTV pada Rabu (6/3/2013) pukul 02.30 WIB itu, MU hanya membutuhkan hasil imbang tanpa gol untuk melaju ke perempat final. Akan tetapi, kumpulan para pemain hebat di kedua tim tentu merupakan jaminan mutu bahwa pertandingan seru penuh aksi bisa tersaji. Bahkan, bukan tak mungkin, banjir gol bisa terjadi di Theatre of Dreams.

"Saya merasa kami tampak sangat nyaman. Apalagi, kami telah memberikan hasil yang baik atas permainan kami sendiri. Kami mungkin bisa mencetak lima atau enam gol," kata Ferguson.

Ferguson bukan pelatih yang asal sesumbar. Arsitek dari Skotlandia itu tentu tahu titik-titik mana yang menjadi kelemahan Madrid. Selain itu, Ferguson mengerti bagaimana meramu strategi yang tepat untuk Wayne Rooney dkk meredam agresivitas Madrid.

Semua itu sudah terekam di otak Ferguson kala hadir langsung menonton laga semifinal kedua Copa del Rey di Camp Nou. Saat itu, Ferguson mencatat, serangan balik Madrid yang meruntuhkan Barcelona 3-1 menjadi senjata utama anak-anak asuhan Jose Mourinho.

Dengan begitu, Ferguson takkan keberatan bermain bertahan ketimbang membiarkan Cristiano Ronaldo dkk leluasa mengobrak-abrik pertahanan MU dari serangan balik.

Cara ini terbukti jitu pada pertemuan pertama ketika Mesut Oezil, Xabi Alonso, dan Sami Khedira gagal mengirimkan umpan terobosan maut karena rapatnya lini pertahanan Setan Merah. MU akan tampil menyerang jika Madrid ternyata sukses membuka keunggulan terlebih dahulu. 

Di kubu Madrid, kepercayaan diri sedang membubung tinggi setelah menaklukkan rival abadi mereka, Barcelona, dalam dua laga terakhir. Dalam dua laga itu, permainan Madrid mendekati sempurna dengan disiplin tinggi plus efektivitas dan efisiensi di depan kotak penalti lawan.

Melihat tipikal Mourinho yang kerap mempertahankan zona nyaman permainan timnya, maka kemungkinan Madrid akan langsung berusaha menekan MU sejak awal pertandingan. Cara tersebut sukses meredam Barcelona. Apakah cara itu bisa meruntuhkan MU di Old Trafford?

Perkiraan Susunan Pemain
MU: De Gea; Rafael, Evans, Ferdinand, Evra; Carrick, Cleverley; Welbeck, Rooney, Kagawa; Van Persie
Pelatih: Ferguson

Madrid: Lopez; Arbeloa, Ramos, Varane, Coentrao; Khedira, Alonso; Di Maria, Oezil, Ronaldo; Benzema
Pelatih: Mourinho

Kemungkinan Absen
MU: Fletcher, Scholes, Jones (cedera)
Madrid: -

proposal penelitian bk


A.    JUDUL
HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN BELAJAR DAN METODE BERMAIN DENGAN MOTORIK HALUS ANAK DI PAUD KELADI DUSUN MANGGONG KEPUHARJO CANGKRINGAN SLEMAN TAHUN 2012 / 2013

B.     LATAR BELAKANG MASALAH
Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan pasti dihadapi oleh setiap orang. Sejalan dengan pendapat ini, maka seseorang yang telah belajar akan ditandai dengan banyaknya fakta-fakta yang dapat dihafalkan. Untuk banyak memperoleh kemajuan, seseorang harus dilatih dalam berbagai aspek, terutama menyangkut pada cara-cara atau metode yang digunakan dalam belajar yang dapat merepresentasikan diri sehingga dapat berpengaruh pada prestasi belajarnya
Dalam perkembangannya banyak sekali metode yang dikembangkan para guru dan orang tua untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak, salah satunya adalah dengan metode bermain metode permainan memiliki banyak ragam variasi. Banyaknya variasi teknik dalam metode permainan yang memungkinkan guru lebih leluasa memilih teknik pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik kompetensi dan indikator yang ingin dicapai.
      Selanjutanya Permainan merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan, anak-anak cenderung memiliki keinginan bermain yang tinggi disamping keharusan untuk tetap berprestasi.
      Bermain pada awalnya kurang mendapatkan perhatian dari para psikolog, ini berkaitan pada lemahnya pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak dan kurangnya perhatian mereka terhadap perkembangan anak, padahal menurut  Dr. Asma Hasan Fahmi yang dikutip oleh Andang Ismail (2012,15) permainan merupakan satu hal yang penting bagi perkembangan intelegensi dan fisik motorik (jasmaniah) anak.
Berdasarkan hal tersebut penulis berminat untuk mengkaji dan mengangkat tentang Hubungan Bimbingan Belajar dan metode bermain  dengan Motorik Halus Anak Paud Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman Tahun 2012/2013”.

C.    IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasar latar belakang diatas, maka dapat diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut :
1.      Masih rendahnya pengetahuan mengenai metode-metode baru dalam belajar, sehingga perlu adanya perubahan dalam penggunaan metode belajar untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak.
2.      Masih terdapatnya cara belajar yang monoton sehingga pemahaman belajar anak kurang berkembang.
3.      Masih kurangnya kreatifitas dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak usia dini.
4.      Bagaimana hubungan antara aktifitas belajar dan layanan bimbingan belajar anak.

D.    BATASAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah diatas mengingat kemampuan peneliti maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, hanya akan dibatasi pada bagaimana hubungan  metode bermain terhadap perkembangan motorik halus anak, bagaimana peran bimbingan belajar membantu meningkatkan perkembangan motorik halus anak.

E.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Adakah hubungan antara bimbingan belajar dengan motorik halus anak paud keladi dusun manggong kepuharjo cangkringan sleman tahun 2012/2013.
2.      Adakah hubungan antara metode bermain dengan motorik halus anak paud keladi dusun manggong kepuharjo cangkringan sleman tahun 2012/2013.
3.      Adakah hubungan antara bimbingan belajar dan metode barmain dengan motorik halus anak paud keladi dusun Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman tahun 2012/2013.




F.     TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian diatas tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui bimbingan belajar yang digunakan di PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman
2.      Mengetahui metode bermain yang digunakan di PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman
3.      Mengetahui tigngkat perkembangan motorik halus anak PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman
G.    MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1.   Manfaat teoritis
a.       Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan tentang Bimbingan dan Konseling  serta aplikasinya.
b.      Bagi peneliti yang lain dapat menambah referensi dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang.
2.   Manfaat praktis
a.       Memberikan masukan kepada guru ataupun pengajar yang lain tentang manfaat metode bermain dalam belajar.
b.      Memberikan informasi kepada guru dan pengajar lain tentang penggunaan metode belajar yang sesuai kebutuhan anak.
c.       Bagi anak agar dapat meningkatkan kemampuan motorik halusnya.
H.    KAJIAN PUSTAKA
1.      Landasan Teori
a.      Pengertian Bimbingan
Rumusan tentang bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya sejak awal abad ke-20, sejak dimulainya bimbingan yang diprakarsai frank person pada tahun 1908, sejak itu, rumusan demi rumusan tentang bimbingan bermunculan sesuai dengan perkembangan pelayanan bimbingan itu sendiri sebagai suatu pekerjaan khas yang ditekuni oleh para peminat dan ahlinya. Berbagai rumusan tersebut dikemukakan sebagai berikut:
Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu, Frank Person yang dikutip oleh prayitno dan Erman Amti (2009, 93)
Bimbingan membantu individu untuk memahami dan menggunakan secara luas kesempatan-kesempatan pendidikan, jabatan dan pribadi yang mereka miliki atau dapat mereka kembangkan, dan sebagai satu bentuk bantuan yang sistematik melalui mana siswa dibantu untuk dapat memperoleh penyesuaian yang baik terhadap sekolah dan terhadap kehidupan, dunsmoor & miller yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 94).
Bimbingan membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri, Chiskolm  yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 94)
Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam menentukan dan mengarahkan hidupnya sendiri, yang pada akhirnya ia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat, Lefever yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 94)
Bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan intepretasi-intepretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik, Smith yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 94)
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri, Crow yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Kamti (2009, 94)
Bimbingan membantu seseorang agar menjadi berguna , tidak sekedar mengikuti kegiatan yang berguna, Tiedeman yang dikutip oleh  Prayitno dan Erman Amti (2009,94 )
Bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan yang membantu menyediakan yang membantu menyediakan kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan staf ahli denagn cara mana setiap individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kesanggupannya sepenuh-penuhnya sesuai dengan ide-ide demokrasi Mortensen & Schmuller  yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 94)
Bimbingan merupakan segala kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu. Bernard & Fullmer yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 94 )
Bimbingan sebagai pendidikan dan perkembangan yang menekankan proses belajar yang sistematik, Mathewson yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 95)
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang lain . kemampuan membuat pilihan seperti itu tidak diturunkan (diwarisi), tetapi harus dikembangkan,  jones, staffire & stewart yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (2009, 95)
b.      Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku di dalam diri manusia. Bila telah selesai suatu usaha belajar tetapi tidak terjadi perubahan pada diri individu yang belajar, maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri individu tersebut telah terjadi proses belajar. Dan selain itu juga belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat.
Untuk memperoleh pengertian yang obyektif tentang belajar terutama belajar disekolah. Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi termasuk ahli psikologi pendidikan.
Seperti pengertian belajar secara psikologis yang dikutip oleh Slameto (2010, 2) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kehidupan
Banyak para ahli yang mengemukakan pendapat mengenai belajar. Di antaranya adalah W.S. Winkel (2009 : 36) dalam bukunya yang berjudul: ‘Psikologi Pengajaran.’  Menurutnya, pengertian belajar adalah: “Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.”
Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Menurut S. Nasution  (2009 : 68) belajar adalah: “Sebagai perubahan kelakuan, pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar.”
Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar sebagai berikut :
1.      Cronbach memberikan definisi : “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. “Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil daripengalaman”. Cronbach, Harold Spears dan Geoch yang dikutip oleh Sardiman A.M (2005:20)
2.      Harold Spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan. Cronbach, Harold Spears dan Geoch yang dikutip oleh Sardiman A.M (2005:20)
3.      Geoch, mengatakan : “Learning is a change in performance as a result of practice”. “Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek”. Cronbach, Harold Spears dan Geoch yang dikutip oleh Sardiman A.M (2005:20)
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang individu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.

c.       Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
1.   Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotic dan abiotik tidak dapat dihindarai. Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh anak didik sebagai mahluk hidup yang tergolong kelompok biotik.
2.   Faktor instrumental
Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai, tujuan tersebut tentu saja menyangkut pada tingkat kelembagaan. Dalam rangka melicinkan kea rah itu diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya dan semuanya dapat diberdayagunakan menurut fungsi masing-masing kelengkapan sekolah. Kurikulum dapat dipakai oleh guru dalam merencanakan program pengajaran. Program sekolah dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna dan berhasil, guna bagi kemajuan belajar anak didik disekolah.
3.   Kondisi fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadapkemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi; mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran.
4.   Kondisi psikologis
Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Maka dari itu, belajar berarti bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor psikologis merupakan faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor luar mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung, maka faktor luar itu akan kurang signifikan. Oleh karena itu, minat, kecenderungan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik.
d.      Pengertian metode
Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Berikut ini adalah pengertian dan definisi Metode menurut para ahli:
Drs. Agus M. Hardjana (2001,15), Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai,
Rothwell & Kazanas yang dikutip oleh (Agus M. Hardjana 2001,15) Metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi.
Titus yang dikutip oleh (Agus M. Hardjana, 2001, 16) Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan.
Macquarie yang dikutip oleh (Agus M. Hardjana, 2001,16) Metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu. Wiradi yang dikutip oleh (Agus M. Hardjana, 2001, 17)  Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis)
e.       Pengertian Bermain
Istilah bermain merupakan konsep yang tidak mudah untuk dijabarkan, bahkan didalam oxford english dictionary , tercantum 116 definisi tentang bermain. Salah satu contoh, ada ahli yang mengatakan bermain sebagai kegiatan yang dilakukan berulang ulang demi kesenangan, piaget (yang dikutip oleh Andang Ismail, 2012, 24). Tetapi ahli lain membantah pendapat tersebut karena ada kalanya bermain bukan dilakukan semata-mata demi kesenangan melainkan ada sasaran lain yang ingin dicapai, yaitu prestasi tertentu.
Banyak keterangan yang simpang siur dan salaing bertentangan. Karena itu untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai bermain, perlu memandang bermain sebagai ‘tali’ yang merupakan untaian serat serta benang-benang yang terjalin menjadi satu (mayke, 2001:24).
Menurut Hughes yang dikutip oleh Andang Ismail (2012, 24) seorang ahli perkembangan anak dalam bukunya children, play, and development, mengatakan bahwa bermain merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Suatu kegiatan yang disebut bermain harus ada lima unsur didalamnya, yaitu:
1.      Mempunyai tujuan, yaitu permainan itu sendiri untuk mendapat kepuasan;
2.      Memilih dengan bebas dan atas kehendak sendiri, serta tidak ada yang menyuruh atau memaksa;
3.      Menyenangkan dan dapat dinikmati;
4.      Mengkhayal untuk mengembangkan daya imajinatif dan kreativitas;
5.      Melakukan secara aktif dan sadar
Selain itu bermain juga dapat bermakna sebagai kegiatan anak yang menyenangkan dan dinikmati (pleasurable and enjoyable). Sussana Millar yang dikutip oleh Andang Ismail (2012, 26) berpandangan sama : kegiatan bermain perlu dilihat sebagai salah satu perilaku yang menyeluruh pada manusia dan dibutuhkan penelitian yang sistematik.
Menurut Andang Ismail (2012:26) bermain memiliki dua pengertian yang harus dibedakan. Bahwa bermain menurut pengertian pertama dapat bermakna pada sebuah aktivitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang kalah (play). Sedangkan pengertian yang kedua sebagai aktivitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai dengan adanya pencarian menang kalah (games). Dengan demikian, pda dasarnya setiap aktifitas bermain selalu didasarkan pada perlehan kesenangan dan kepuasan, sebab fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan menyegarkan kembali (refresing) kondisi fisik dan mental yang berada pada ambang ketegangan.
Secara lebih umum dalam term psikologi, Joan Freeman dan Utami Munandar yang dikutip oleh Andang Ismail (2012, 27) mendefinisikan bermain sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.
f.       Manfaat bermain
Joan Freeman dan Utami Munandar yang dikutip oleh Andang Ismail (2012, 27)  menyebutkan beberapa pandangan mengenai manfaat bermain yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Sebagai penyalur energi berlebih yang dimiliki anak. Anak mempunyai energi berlebih karena terbebas dari segala macam tekanan, baik tekanan ekonomis maupun sosial, sehingga ia mengungkapkan energinya dalam bermain .
2.      Sebagai sarana untuk menyiapkan hidupnya kelak dewasa. Melalui bermain, seorang anak menyiapkan diri untuk hidupnya kelak ketika dewasa. Misalnya, dengan bermain peran secara tidak sadar ia menyiapkan diri untuk peran atau pekerjaannya dimasa depan.
3.      Sebagai pelanjut citra kemanusiaan. Melalui bermain anak melewati tahap-tahap perkembangan yang sama dari pekerjaan sejarah umat manusia (teori Rekapitulasi). Kegiatan-kegiatan seperti lari, melempar, memanjat, dan melompat, merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari dari generasi ke generasi.
4.      Untuk membangun energi yang hilang. Bermain merupakan medium untuk menyegarkan badan kembali (tevitalisasi) setelah bekerja selama berjam-jam (lazarus)
5.      Untuk memperoleh kompensasi dan atas hal-hal yang tidak diperbolehnya. Melalui kegiatan bermain , anak memuaskan keinginan –keinginannya yang terpendam atau tertekan. Dengan bermain, anak seperti mencari kompensasi untuk apa yang tidak ia peroleh dalam kehidupan nyata, untuk keinginan-keinginan yang tidak mendapat pemuasan
6.      Bermain juga memungkinkan anak melepaskan perasaan-perasaan dan emosinya yang dalam realitas tidak dapat diungkapkannya
7.      Memberi stimulus pada pembentukan kepribadian. Kepribadian terus berkembang dan untuk pertumbuhan yang normal, perlu adanya rangsangan (stimulus), dan bermain memberikan stimulus ini untuk pertumbuhan (Appleton).

g.      Pengertian motorik
Pengertian  motorik dan gerak seringkali menjadi satu. Motorik dapat diartikan sebagai suatu rangkaian  peristiwa laten yang tidak dapat diamati dari luar. Pengertian umum ini belum dapat memberikan kejelasan yang lebih tajam , untuk itu diperlukan suatu definisi yang lebih operasional. Menurut Witarsono yang dikutip oleh Heri Rahyubi (2012, 207), motorik adalah suatu peristiwa laten yang meliputi keseluruhan proses pengendalian dan pengaturan fungsi. Fungsi organ tubuh  baik secara fisiologis maupun secara psikis yang menyebabkan terjadinya suatu gerak peristiwa. Peristiwa laten yang tidak dapat diamati tersebut meliputi antara lain: Penerimaan informasi atau stimulus , pemberian makna terhadap informasi, pengolahan informasi, proses pengambilan keputusan dan dorongan untuk melakukan berbagai bentuk aksi motorik. Setelah itu dilanjutkan  dengan peristiwa fisiologi yang meliputi pemberian pengaturan dan pengendalian imflus kepada organ tubuh yang terlibat dalam melaksanakan aksi motorik. Sebagai hasil dari peristiwa laten tersebut adalah gerak yang dapat diamati dalam dimensi ruang dan waktu.
Studi tentang motorik (gerak) manusia tidak terlepas dengan ilmu gerak, kinesiologi, performance manusia, pendidikan jasmani, dan body movement. Perilaku gerak (motor behavior) merupakan sub disiplin yang menekankan pada investigasi mengenai prinsip-prinsip perilaku manusia
Perilaku gerak dibagi kedalam tiga bagian yaitu: teori gerak, belajar gerak, dan perkembangan gerak
1.      Teori Gerak
Teori gerak (motor control) adalah studi mengenai faktor-faaktor fungsi syaraf yang mempengaruhi gerak manusia. Sistem syaraf merupakan bagian penting dalam memproduksi gerak manusia, sebab sel-sel saraf merangsang otot untuk memproduksi gerak manusia.
2.      Belajar Gerak
Belajar gerak (motor learning) merupakan studi tentang ketrampilan untuk memperoleh dan menyempurnakan gerakan. Belajar gerak sangat dipengaruhi oleh berbagai bentuk latihan, pengalaman, dan situasi belajar manusia. Untuk melakukannya diperlukan adanya kontrol perhatian (atention), dan pemusatan perhatian atau konsentrasi.
3.      perkembangan gerak
perkembangan gerak (motor development) merupakan sebuah perubahan dalam perilaku gerak yang  mampu merefleksikan adanya interaksi antara kematangan organisme seseorang dengan lingkungannya. Perkembangan gerak akan mengubah kompetensi gerak manusia yang diawali sejak masa bayi hingga dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku seseorang.

h.      faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik
Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada perkembangan motorik individu. Faktor-faktor ini antara lain: perkembangan sistem saraf, kondisi fisik, motifasi yang kuat, lingkungan yang kondusif, aspek psikologis, usia, jenis kelamin, serta bakat dan potensi.
1.      Perkembangan sistem saraf
Sistem saraf sangat berpengaruh dalam perkembangan motorik karena sistem saraflah yang mengontrol aktivitas motorik pada tubuh manusia
2.      Kondisi fisik
Karena perkembangan motorik sangat erat kaitannya dengan fisik tentu saja sangat berpengaruh pada perkembangan motorik seseorang. Seorang yang normal biasanya perkembangan motoriknya akan lebih baik dibandingkan orang lain yang memiliki kekurangan fisik.
3.      Motivasi yang kuat
Seseorang yang punya motivasi kuat untuk menguasai ketrampilan motorik tertentu biasanya telah punya modal besar untuk meraih prestasi. Kemudian, ketika seseorang mampu melakukan suatu aktivitas motorik dengan baik, maka kemungkinan besar dia akan termotivasi untuk menguasai ketrampilan motorik yang lebih luas dan lebih tinggi lagi.

4.      Lingkungan yang kondusif
Perkembangan motorik seorang individu kemungkinan besar bisa berjalan optimal jika lingkungan tempatnya beraktivitas mendukung dan kondusif. Lingkungan disini bisa berarti fasilitas, peralatan, sarana, dan prasarana. Bisa juga berarti lingkungan tempat beraktivitas yang baik dan kondusif.
5.      Aspek psikologis
Aspek psikologis, psikis, dan kejiwaan sudah barang tentu sangat berpengaruh pada kemampuan motorik. Hanya seseorang yang kondisi psikologisnya baiklah yang mampu meraih ketrampilan motorik yang baik pula.
6.      Usia
Usia sangat berpengaruh pada aktivitas motorik seseorang. Seorang bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan tua tentu saja punya karakteristik keterampilan motorik yang berbeda pula.
7.      Jenis Kelamin
Dalam ketrampilan motorik tertentu misalnya olahraga, faktor jenis kelamin cukup berpengaruh. Dalam beberapa cabang olahraga seperti renang,  bulu tangkis, volley, tenis, sepak bola, tinju, karate dan masih banyak lagi seorang laki-laki tentu lebih kuat, lebih cepat, lebih terampil, dan lebih gesit dibanding perempuan.

8.      Bakat dan Potensi
Bakat dan potensi juaga berpengaruh pada usaha meraih keterampilan motorik. Misalnya, sesorang mudah diarahkan untuk menjadi pesepakbola handal jika dia punya bakat dan potensi sebagai pemain bola begitu juga pada bidang ketrampilan motorik lainnya.
i.        Aktivitas motorik kasar dan halus
Aktivitas motorik merupakan pengendalian gerakan tubuh melalui aktivitas yang terkoodinir antara susunan saraf, otot, otak, dan urat saraf tulang belakang (spinal cord). Berdasarkan jenisnya aktivitas motorik bisa dibedakan menjadi dua yaitu motorik kasar (gross motor activity) dan aktivitas motorik halus (fine motor activity).
Aktivitas motorik kasar adalah ketrampilan gerak atau gerakan tubuh yang memakai otot-otot besar sebagai dasar utama gerakannya. Ketrampilan motorik kasar meliputi pola lokomotor (gerakan yang menyebabkan perpindahan tempat) seperti berjalan, berlari, menendang, naik turun tangga, melompat, meloncat, dan sebagainya. Juga ketrampilan menguasai bola seperti melempar, menendang dan memantulkan bola.
Kemudian aktivitas motorik halus (fine motor activity) didefinisikan sebagai ketrampilan yag memerlukan kemampuan untuk mengoordinasikan atau mengatur otot-otot kecil/halus. Misalnya, berkaitan dengan gerakan mata dan tangan efisien, tepat, dan adaptif. Perkembangan kontrol motorik halus atau ketrampilan koordinasi mata dan tangan mewakili bagian yang penting dalam perkembangan motorik. Contoh aktivitas motorik halus misalnya kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis, dan sebagainya.
     
2.      Kerangka Berfikir
Penelitian ini didasarkan pada kerangka berpikir sebagai berikut : Motorik halus tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal yang meliputi, faktor fisiologis dan psikologis, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor eksternal yang antara lain adalah penggunaan metode belajar yang efektif guna merangsang perkembangan kemampuan motorik halus anak, seperti dengan penggunaan metode bermain
Permainan sendiri memiliki bermacam ragam ada yang hanya permainan biasa yang digunakan hanya untuk menciptakan kesenangan maupun permainan edukatif yang secara baik telah dirancang sebagai media pembelajaran, dari jenisnya permainan memiliki dua macam jenis yaitu permainan tradisional dan permainan modern, namun tidak semua permainan disukai anak ada yang senang ada juga yang tidak tergantung pada selera anak dalam menanggapi suatu permainan,
Selanjutnya permainan kini digunakan sebagai media pembelajaran yang sangat baik banyak pembelajaran menggunakan media bermain karena bermain memiliki banyak manfaat diantaranya merangsang perkembangan motorik pada anak.
Motorik sendiri memiliki dua macam yaitu motorik halus dan motorik kasar, motorik halus dapat dirangsang diantaranya dengan melipat, menggambar, menyusun puzzle, motorik kasar dapat dirangsang diantaranya dengan latihan melompat, merangkak, menangkap bola, melempar bola.

3.      Perumusan Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan yaitu:
1.      Ada hubungan positif antara layanan bimbingan belajar dengan motorik halus anak di PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman tahun 2012/2013.
2.      Ada hubugan  positif  antara metode bermain dengan motorik halus anak di PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman tahun 2012-2013.
3.      Ada hubungan positif  antara layanan bimbingan belajar dan metode bermain secara bersama-sama dengan motorik halus anak di PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman tahun 2012-2013.
I.       METODE PENELITIAN
1.      Waktu dan Tempat Penelitian
Tabel 1: jadwal pelaksanaan penelitian
NO
KEGIATAN
BULAN KE
Januari
Februari
Maret
April
mei
Juni
Juli
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
Pengajuan judul
Pembuatan proposal
Obversai lokasi dan ijin penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data
Penulisan Laporan
Ujian Penelitian
Ö


Ö

Ö





Ö






Ö







Ö







Ö







         
Tempat penelitian di PAUD Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman.

2.      Variabel Penelitian
Dikutip dari Suharsimi Arikunto (2010:159), Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi, gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Suharsimi Arikunto (2010:160), mengemukakan variabel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: Kuantitatif dan Kualitatif. Lebih jauh lagi  variabel kuantitatif dibedakan menjadi dua: (1). Variabel diskrit, disebut juga variabel nominal atau variabel kategorik, (2). Variabel kontinum, dipisahkan menjadi tiga variabel kecil yaitu  variabel ordinal, variabel interval, dan variabel ratio. Selain itu variabel penelitian dapat digolongkan  juga kedalam variabel bebas dan variabel terikat.
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah Bimbingan Belajar (Variabel X1) dan metode bermain (Variabel X2), sedangkan variable terikatnya adalah motorik halus ( Variabel Y).
a.    Variabel Bimbingan Belajar
Bimbingan Belajar adalah suatu arahan dimana suatu proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
b.   Variabel metode bermain
Bagaimana baik atau buruknya tingkat perkembangan anak tergatung pada metode yang digunakan
c.    Variabel motorik halus
Motorik halus adalah perkembangan otot-otot halus pada anak yang mempengaruhi ketrampilan anak.
3.      Metode Penentuan Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:173), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Subjek penelitian adalah individu-idividu yang diteliti, yang menjadi responden. Berdasarkan batasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang diteliti dalam suatu penelitian, yang menjadi responden, dan kepada merekalah penelitian akan digeneralisasikan.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah anak paud keladi dusun manggong kepuharjo cangkringan sleman tahun 2012/2013, yang berjumlah 20 sampel.
4.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan Angket. Angket ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode bermain  dengan motorik halus anak. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan skala sikap :
a.       Selalu dengan nilai 4
b.      Sering dengan nilai 3
c.       Kadang-kadang dengan nilai 2.
d.      Tidak pernah dengan nilai 1
Jumlah butir soal pertanyaan untuk soal semua variabel berjumlah 20 pernyataan.
5.      Uji Validitas Variabel
1)      Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrument pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya.
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.
Adapun teknis korelasi yang digunakan untuk mencari validitas dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Product Moment Karl Pearson dengan angka kasar rumus korelasi Product Moment Karl Pearson dengan angka kasar dalam Suharsimi Arikunto (2010,221) adalah:
Keterangan:
            : Kooefesien korelasi antara variabel x dan y
               : Jumlah responden
          : Jumlah perkalian antara skor item dengan skor total
          : Jumlah X kuadrat
          : Jumlah Y kuadrat
            : Jumlah X (jumlah skor item)
            : Jumlah Y (jumlah skor total)
Uji signifikan dinyatakan valid jika rxy empirik lebih besar atau sama dengan rxyteoritik (yang terdapat dalam tabel) pada taraf signifikansi 5 %.
2)      Uji Reliabilitas
Reliabilitas diterjemaahkan dari kata reliability. Pengukuran yang dimiliki reliabilitas tinggi maksudnya adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel. Dan untuk mengetahui reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus alpha dari cronbach dengan alasan jawaban dari setiap butir lebih dari satu pilihan. Sebagaimana yang dinyatakan Suharsimi Arikunto (2010,222) bahwa rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian, dengan rumus sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 2010,222)
Keterangan:
            : reliabilitas instrument
                : banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
           : jumlah varians butir
              : varians total
3)   Uji Normalitas
Untuk mengidentifikasi masing-masing variabel maka dihitung ukuran tendensi sentral yang terdiri dari mean, modus, dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan rumus-rumus sebagai berikut:
1)   Menentukan rentangan ;
R= Data tertinggi – Data terendah

2)   Menentukan banyaknya kelas ;
K  = 1 + 33 ( log 35 )
3)   Menentukan panjang kelas :
     
3)      Mencari nilai Mean ( )
4)      Mencari Standar Deviasi :
6)   Uji normalitas dengan metode lilieffors
            Menentukan nilai Zi menggunakan rumus :
6.      Tekhnik Analisis Data
a.      Analisis Regresi
Analisis ini digunakan untuk mengukur koofisien korelasi antara variable-variabel bebas bersama-sama dengan variable terikatnya. Sedangkan rumus yang digunakan adalah analisis regresi ganda. Melalui teknik ini akan diperoleh harga koofisien determinasi (R2) hubungan antara tiga variabel bebas secara sumbangan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
1)   Mencari Persamaan Garis Regresi
(Sutrisno Hadi, 2001)
Keterangan:
Y : varieabel terikat
X : variebel bebas
a : bilangan koofesien
K : bilangan konstanta
2)   Mencari Koofesien Korelasi
Keterangan:
  : koofesien korelasi antara Y dengan X
          : koofesiean predictor X
          : koofesien predictor X
          : koofesien predictor X
     : jumlah produk antara X dengan Y
     : jumlah produk antara X dengan Y
     : jumlah produk antara X dengan  Y
       : jumlah kriterium Y
3)   Menguji sigfikansi korelasinya
Keterangan :
 : harga F garis regresi
    : cacah kasus
    : cacah predictor
               : koofersien korelasi antara kriterium dengan predictor
4)   Mencari Sumbangan Relatif (SR)
(Sutrisno Hadi, 2001)
Keterangan:
   : sumbangan relative prediktor
     : jumlah kuadrat regresi
     : jumlah kuadrat residu
5)   Mencari Sumbangan Efektif (SE)
SE%X =SR%XxR2
(Sutrisno Hadi, 2001)
Keterangan:
SE%X  : sumbangan efektif prediktor
SR%X  : sumbangan relative prediktor
R2      : koefisien determinan 


Sistematika Isi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN
      A. Latar Belakang Masalah
      B. Identifikasi Masalah
      C. Pembatasan Masalah
      D. Perumusan Masalah
      E. Tujuan Penelitian
      F. Manfaat Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
      A. Kajian Teori
1. Bimbingan Belajar
2. Metode Bermain
3. Motorik Halus
      B. Kerangka Berfikir
Hubungan Bimbingan Belajar dan Metode Bermain dengan Motorik Halus Anak Paud Keladi Manggong Kepuharjo Cangkringan Sleman Tahun 2012/2013.
      C. Rumusan Hipotesis
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
      A. Waktu dan Tempat Penelitian
            B. Variabel Penelitian
            C. Metode Penentuan Subyek
            D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
            E. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
            A. Diskripsi Data
            B. Pengujian Hipotesis
            C. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
            A. Kesimpulan
            B. Implikasi
            C. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN