Sabtu, 02 Maret 2013

pendekatan perilaku dalam kelompok


Pendekatan Perilaku dalam bimbingan kelompok

A.    Latar Belakang Pendekatan Perilaku
 
Pendekatan perilaku menjadi sangat populer dalam konseling kelompok. Sebab kepopuleran pendekatan ini antara lain penekanan pendekatan ini terhadap upaya melatih atau mengajar konseli tentang ketrampilan pengelolaan diri yang dapat digunakannya untuk mengendalikan kehidupannya, untuk menangani masalah masa kini dan masa datang dan untuk mampu berfungsi dengan memadai tanpa terapi yang terus menerus. 
Para ahli dalam pendekatan ini banyak menekankan pendapatnya tentang upaya membantu manusia ke arah pembentukan “perilaku pengarahan diri” dan “gaya hidup yang dikelola sendiri”. Tujuan itu dicapai dengan menggunakan berbagai teknik berorientasi pada tindakan yang bersifat kognitif dan perilaku. Kebanyakan dari teknik-teknik itu merupakan prosedur yang dapat dipelajari dan dipraktekkan oleh konseli sendiri secepat mereka meninggalkan suasana konseling kelompok dan menggunakannya untuk memecahkan masalah-masalah antarpribadi, masalah-masalah emosional dan masalah-masalah yang berkenaan dengan pengambilan keputusan. 
 
Pendekatan perilaku ini menekankan pada perilaku konseli di sini dan saat ini. Perilaku saat ini dari seseorang dipengaruhi oleh suasana lingkungan pada saat ini pula. Pendekatan ini tidak terlalu mementingkan hal-hal yang berkenaan dengan pengalaman hidup masa lampau, konflik-konflik psikologis yang berlangsung lama atau struktur kepribadian individu. Yang penting dalam memahami perilaku individu adalah apa yang terjadi dalam kehidupan individu itu pada masa kini. Prosedur-prosedur yang digunakan dalam konseling perilaku pada umumnya dimaksudkan untuk memperbaiki pengendalian dari individu sendiri dengan memperluas ketrampilan, kemampuan dan kemandirian individu yang bersangkutan. 
 
Asumsi pokok dari pendekatan ini adalah bahwa perilaku, kognisi dan perasaan yang bermasalah itu semuanya terbentuk karena dipelajari dan oleh karena itu semua dapat diubah dengan suatu proses belajar yang baru atau belajar kembali. Meskipun perubahan itu disebut konseling atau terapi, sesungguhnya merupakan suatu pengalaman kependidikan dimana individu-individu terlibat dalam proses belajar-mengajar. Proses ini bersifat kependidikan, karena orang-orang diajar bagaimana melihat proses belajarnya sendiri, mengembangkan pandangan baru tentang caea belajar dan mereka mendorong untuk mencoba cara-cara yang lebih efektif untuk mengubah perilakunya, kognisinya dan perasaannya.
 
Asumsi lain dari pendekatan ini adalah bahwa perilaku yang dinyatakan oleh konseli adalah masalah itu sendiri, jadi bukan semata-mata gejala dari masalahnya. Keberhasilan dalam pemecahan perilaku yang bermasalah itu langsung memecahkan masalahnya dan tidak seyogyanya menimbulkan masalah baru. Pendekatan perilaku juga berpendapat bahwa perubahan perilaku itu dapat terjadi tanpa wawasan konseli tentang masalah dan sebab musababnya. Para konselor perilau bekerja dengan dasar pikiran bahwa perubahan perilaku dapat terjadi mendahului pemahaman diri dan bahwa perubahan perilaku itu dapat mengarah pada peningkatan pemahaman diri individu yang bersangkutan. 
 
Selama dekade terakhir, terapi perilaku telah berkembang dan diperluas pada dimensi kognitif dan perilaku. Terapi perilaku generasi ketiga (juga disebut pendekatan gelombang ketiga) menekankan kesadaran, penerimaan, hubungan terapeutik, spiritualitas, nilai, makna dan tujuan dalam, meditasi kehidupan seseorang, yang pada saat ini, dan ekspresi emosional. Pendekatan-pendekatan baru yang membuat dampak pada terapi perilaku, terutama dalam mengobati masalah klinis yang lebih sulit. Bidang terapi perilaku telah berubah secara signifikan dan terus berkembang. Dasar-dasar teoritis dari terapi perilaku telah memperluas dan strategi pengobatan telah menjadi terapi perilaku yang lebih diverse. Semakin terus berkembang, semakin tumpang tindih dengan teori pendekatan lainnya untuk terapi.
 
Sesuai dengan perkembangan dalam bidang ini, bab ini lebih banyak berurusan dengan perilaku terapi kognitif (CBT) daripada yang dilakukannya dengan terapi perilaku tradisional, yang menekankan determinisme lingkungan. Pendekatan seperti pelatihan kemampuan sosial, terapi kognitif, pelatihan manajemen stres, kesadaran, dan praktek berbasis penerimaan yang dibahas dalam bab ini semua mewakili tradisi perilaku kognitif.

B.   Konsep Dasar Pendekatan Perilaku
 
Terapi perilaku kognitif memiliki beberapa karakteristik unik yang membedakannya dari sebagian besar pendekatan kelompok lain. Hal ini bergantung pada prinsip-prinsip dan prosedur dari metode ilmiah, dan prinsip-prinsip ini berasal dari eksperimen pembelajaran secara sistematis yang diterapkan untuk membantu orang mengubah perilaku maladaptif. Karakteristik yang membedakan praktisi perilaku kognitif adalah kepatuhan sistematis mereka untuk spesifikasi dan pengukuran. Konsep dan prosedur dinyatakan secara eksplisit, diuji secara empiris, dan direvisi terus-menerus. Penilaian dan pengobatan terjadi secara bersamaan. Karakteristik unik dari terapi perilaku meliputi: (1) melakukan penilaian perilaku; (2) tepatnya mengeja tujuan-tujuan terapi kolaboratif; (3) merumuskan prosedur pengobatan khusus yang sesuai untuk masalah tertentu; dan (4) secara objektif mengevaluasi hasil terapi.
 
1.    Penilaian Perilaku
Penilaian perilaku terdiri dari satu prosedur yang digunakan untuk memperoleh informasi yang akan memandu pengembangan rencana terapi khusus untuk setiap klien dan membantu mengukur efektivitas terapi. Menurut Spiegler dan Guevremont (2010), penilaian perilaku melibatkan lima karakteristik yang konsisten dengan terapi perilaku. Penilaian perilaku: (1) bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang unik dan rinci tentang masalah klien; (2) berfokus pada fungsi klien saat ini dan kondisi kehidupan; (3) berkaitan dengan mengambil sampel dari perilaku klien untuk memberikan informasi tentang bagaimana klien biasanya berperan dalam berbagai situasi; (4) yang difokuskan secara spesifik bukan berurusan dengan kepribadian total klien; dan (5) terintegrasi dengan terapi.
 
2.    Tujuan Terapeutik yang Tepat
Aspek yang paling unik dari CBT dengan kelompok adalah tujuan spesifik perubahan. Pendekatan CBT untuk terapi kelompok berfokus lebih konkret pada wilayah sasaran spesifik perubahan dari setiap modalitas lainnya. Dalam kelompok CBT tahap paling awal kerja kelompok dikhususkan untuk klien memperluas langkah terakhir dari penilaian mereka dengan merumuskan pernyataan spesifik dari tujuan pribadi yang ingin mereka capai. Identifikasi tujuan menentukan arah gerakan terapeutik. Meskipun pemimpin kelompok memandu diskusi tentang tujuan dan bekerja sama dengan anggota, anggota kelompok itu sendiri pilih tujuan pribadi mereka. Ini berkenaan dengan perilaku konkret yang bermasalah yang ingin mereka ubah dengan ketrampilan baru yang mereka pelajari selama berada dalam kelompok tersebut. Perilaku yang secara khas ingin mereka ubah mencakup: mengurangi kecemasan, menghilangkan fobi yang mengganggu fantasi mereka sebagai individu, mengurangi berat badan yang berlebihan dan menghilangkan segala macam kecanduan (merokok, meminum minuman keras dan obat-obatan). 
 
Pada awal setiap sesi agenda diatur untuk memprioritaskan tujuan anggota dan untuk menjelaskan bagaimana waktu yang akan dihabiskan. Agenda ini diciptakan oleh anggota dan pemimpin kelompok. Sebuah kelompok CBT yang terbaik adalah suatu usaha kolaboratif. Dalam hal ini tugas konselor kelompok adalah merinci dan memilih tujuan umum menjadi tujuan yang khusus, konkrit dan dapat diukur yang dapat ditelusuri secara sistematis. Misalnya jika Albert (konseli) mengatakan bahwa ia merasa tidak memadai dalam situasi sosial, dan bahwa ia ingin mengubah ini, konselordapat bertanya:

a.    Dalam keadaan khusus yang bagaimana anda merasa memadai? 
b.    Kondisi-kondisi apa yang menyebabkan anda merasa memadai?
c.    Dapatkah anda memberikan contoh situasi seperti apa yang menyebabkan anda merasa memadai?
d.    Dengan cara khusus manakah anda ingin mengubah perilaku anda?
 
Kelompok dapat menolong para anggotanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk dijawab itu. 
 
3.    Perumusan Rancangan Kegiatan
Setelah para anggota mengkhususkan tujuan-tujuannya, maka kelompok bersama konselor membuat rancangan kegiatan kelompok untuk memberi perlakuan guna mencapai tujuan yang telah dirumuskan itu. Dalam beberapa bentuk konseling kelompok, perencanaan kegiatan itu tidak dilakukan atau dipersoalkan, karena kelompok semacam itu telah dirancang untuk suatu tujuan khusus tertentu, misalnya kelompok yang dibentuk khusus untuk belajar mengendalikan perilaku tertentu, kelompok untuk kecemasan menghadapi ujian dan kelompok untuk melatih kemampuan bertindak tegas. Walaupun demikian, dalam kegiatan kelompok yang dirancang untuk bidang masalah tertentu sekalipun, pemilihan metode perilaku yang tepat masih perlu dipertimbangkan, agar para peserta benar-benar dapat mencapai tujuan terapeutiknya.
 
Strategi yang pada umumnya digunakan adalah yang mendorong para anggota berinteraksi dalam kelompok itu, seperti pemberian contoh, gladi perilaku, latihan, pekerjaan rumah, pemberian balikan dan pemberian informasi. Teknik-teknik perilaku itu berorientasi tindakan, oleh karena itu para anggota diharapkan melakukan sesuatu, bukan hanya memperhatikan secara pasif dan terlena dalam introspeksi saja. Meskipun wawasan kognitif dan emosional dihargai dalam pendekatan ini dan dihargai dalam pendekatan ini, dan mendengarkan secara aktif serta pemahaman empatik dianggap sebagai ketrampilan konseling yang penting, akan tetapi konseli harus diajar untuk melakukan tindakan khusus apabila perubahan perilaku konseli itu diinginkan. 
 
4.    Penilaian Objektif 
Hasil konseling dapat dinilai secara objektif, karena segalanya sudah diatur secara khusus. Sasaran perilaku yang hendak diubah sudah diidentifikasikan secara jelas, tujuan perlakuan telah dirumuskan secara khusus, dan prosedur terapeutik pun telah dirinci secara sistematis. Penilaian kemajuan konseling merupakan suatu proses yang terus menerus dan berkesinambungan, karena penilaian itu bukan saja diarahkan kepada hasil konseling, melainkan juga diarahkan kepada keberhasilan dan efektivitas prosedur dan teknik yang digunakan. Misalnya, apabila suatu kelompok akan mengadakan pertemuan selama 10 minggu dengan tujuan untuk belajar bersantai dan mengurangi tekanan psikologis, maka data dasarnya biasanya diambil pada pertemuan-pertemuan pertama, yaitu dengan mengukur kadar tekanan psikologis pada setiap anggota kelompok. 

Kemudian, pada pertemuan-pertemuan selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap sampai berapa jauh perilaku para anggota itu telah berubah, yaitu berdasarkan pengukuran terhadap kadar tekanan psikologis pada akhir setiap pertemuan. Dengan demikian setiap anggota kelompok dapat mengetahui keberhasilan upayanya dalam mencapai tujuan perilaku yang telah ditentukan itu. Pemberian balikan kepada para anggota secara terus menerus merupakan bagian yang penting dalam konseling kelompok berdasarkan pendekatan perilaku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar